InfoSAWIT, JAKARTA – James Fry dari LMC International mencatat, gejolak langsung di pasar paska Rusia menginvasi Ukraina terbukti berumur pendek, setidaknya ini terlihat dari harga minyak mentah dan minyak nabati. Dirinya memastikan bahwa resesi merupakan dampak dari inflasi yang dipicu oleh perang. “Bahkan kejadian reaksi harga baru-baru ini, harga minyak nabati telah menetap jauh di atas level harga minyak mentah Brent,” katanya saat menjadi pembicara pada acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2022 and 2023 Price Outlook yang dihadiri InfoSAWIT, akhir tahun 2022 lalu.
Kata James, saat ini dirinya akan fokus pada dua produk olahan yang relevan dengan produsen minyak sawit, yakni gasoil (biosolar), yang akan bersaing dengan biodiesel berbasis sawit, dan bahan bakar jet, relevan dengan produsen baru Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan.
Terjadinya perang Rusia – Ukraina telah mendorong penggunaan biosolar. “Ini bisa dilihat bahwa biosolar baru-baru ini menghentikan harga CPO jatuh jauh lebih rendah, sementara pajak ekspor menarik harga CPO lokal (kami menggunakan harga KPBN untuk Indonesia) di bawah minyak solar,” tutur James.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto: Pengembangan Sawit Fokus Pada Petani Kecil
Di pasar domestik, setelah menambahkan biaya pemrosesan, biodiesel saat ini bersaing dengan biosolar dari Singapura. Harga CPO lokal telah diperdagangkan dengan diskon untuk biosolar selama berbulan-bulan (sejak Mei di Indonesia). (T2)