InfoSAWIT, JAKARTA – Selepas meninggalkan desa kelahirannya Desa Payung, untuk mengungsi ke Lau Diski, dekat Kutacane, Aceh Tenggara, setahun kemudian yaitu pada tahun 1948, keadaan berangsur membaik, Derom di daftarkan oleh orang tuanya di Sekolah Rakyat (SR 2) Berastagi. Derom lulus pada tahun 1954.
Ibunya mendidik Derom dan saudaranya dengan keras. Waktu mereka masih kecil, ibunya menyuruh mereka untuk beternak untuk menambah biaya sekolah karena keadaan masih sulit. Setiap pulang sekolah mereka harus mencari makanan ternak ke ladang –ladang dan semak belukar. Setiap kali Derom melakukan kesalahan. Ibunya memarahinya dengan keras. Pengalaman masa kecilnya menuntun Derom untuk hidup mandiri.
Derom sejak kecil bercita-cita ingin jadi seorang insinyur. Ia ingin gelar insinyur tersandang di depan namanya dan bisa mendirikan pabrik. Ibunya menginginkan Derom menjadi seorang dokter, tetapi keinginannya menjadi ahli teknik lebih kuat. Derom menyukai profesi teknik, profesi yang berkaitan dengan mesin. Kelak cita-cita Derom terkabul, ia menjadi seorang insinyur teknik kimia.
BACA JUGA: 700 Perusahaan Belum Lapor Ke Siperibun, Luhut Berikan Kesempatan Kedua
Sejak kecil Derom memang sudah menyukai kelapa sawit. Derom pernah melihat buah sawit berwarna oranye (brondolan) berjatuhan di pinggir jalan. Derom memegang brondolan, menusuk dengan kukumya dan mengeluarkan minyak yang harum baunya. Ia senang melakukannya.
Cita –cita menjadi insinyur dan kesukaan akan kelapa sawit, mengubah jalan hidup Derom selanjutnya, ia berkecimpung di bidang kelapa sawit.
Di Berastagi pada masa itu belum ada SMP. SMP hanya ada di Kabanjahe. Ibu kota kabupaten Tanah Karo, yang terletak 11 km ke arah selatan Berastagi.
BACA JUGA: Wilmar dan LDC Kunjungi Area Konservasi Orangutan SSMS Di Pulau Salat
Pada tahun 1954, Derom didaftarkan oleh Ayahnya di SMP Negeri I Kabanjahe. Berkat dorongan sang Ayah yang terus menerus memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan untuk masa depannya, membuat Derom termotivasi untuk tekun belajar. Pendidikan SMP diikutinya dengan penuh semangat. Derom tekun belajar bahasa Inggris. Ia bercita-cita lancar berbahasa Inggris.
Dengan jarak yang cukup jauh itu Derom harus bangun pagi jam 5 subuh untuk mempersiapkan sarapan dan berangkat naik bus jam 6.15 menuju Kabanjahe bersama dengan puluhan pelajar lain. Derom pun menyelesaikan pendidikannya di SMP pada tahun 1957.