InfoSAWIT, SINGAPURA – Harga kontrak Minyak sawit mentah (CPO) berjangka di Bursa Malaysia naik pada Selasa, (7/11/2023), setelah dua sesi mengalami kerugian, didukung oleh melemahnya nilai tukar ringgit dan munculnya tanda-tanda permintaan yang menguat dari Tiongkok.
Dilanris Reuters, harga kontrak acuan minyak sawit berkode FCPOc3 untuk pengiriman Januari 2024 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik RM 21 pet ton atau terdapat kenaikan sekitar 0,5%, menjadi RM 3,774 (US$ 810,22) per metrik ton pada istirahat tengah hari.
Diungkapkan Manajer Perdagangan di Kantilal Laxmichand and Co yang berbasis di Mumbai, Mitesh Saiya, harga kelapa sawit memiliki tingkat harga lebih rendah dibanding kedelai lantaran ketersediaan minyak kedelai yang lebih rendah, konsumsi biodiesel yang tinggi, dan tingginya jumlah pabrik minyak kedelai yang sedang dalam pemeliharaan,” katanya dilansir Reuters.
Merujuk data Bea Cukai, Tiongkok mengimpor 5,16 juta metrik ton kedelai pada Oktober, meningkat 25% dari tahun lalu lantaran pasokan kedelai dari Brasil terus berdatangan di pelabuhan, pada Selasa.
Impor dalam 10 bulan pertama tahun ini oleh pembeli kedelai terbesar dunia berjumlah 82,42 juta ton, naik 14,6% dari periode tahun lalu.
Meningkatnya impor menunjukkan peningkatan permintaan minyak kedelai, yang bersaing dengan minyak sawit untuk mendapatkan pangsa pasar.
BACA JUGA: Dida Gerdera Resmi Menjabat Deputi Menko II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis
Masih dilansir Reuters, harga kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian berkode DBYcv1 tercatat naik 0,6 %, sementara harga kontrak minyak sawit berkode DCPcv1 naik 1,2%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,4%.