InfoSAWIT, JAKARTA – Setelah terbentuk belum lama ini, perusahaan perkebunan kelapa sawit negara, PalmCo, mulai melakukan beragam strategi penguatan. Ditangan Jatmiko Krisna santosa, perusahaan pun digadang bakal menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia, namun tetap memberikan manfaat pada masyarakat sekitar.
Pada akhir tahun 2023, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) secara resmi membentuk Sub Holding PalmCo, melibatkan penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI, dan XIII ke dalam PTPN IV. PalmCo, yang fokus pada kelapa sawit, resmi terbentuk pada 1 Desember 2023, menandai langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan di sektor perkebunan nasional.
Wilayah kerja PalmCo tersebar di 8 provinsi dengan total areal konsesi seluas 746.778 Ha, melibatkan 643.787 Ha yang terdiri dari, 586.843 Ha berupa lahan perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet 46.534 Ha, perkebunan kopi 4.254 Ha, serta perkebunan teh 6.254 Ha.
BACA JUGA: Malaysia Ekspansi Lembaga Penelitian Sawit ke Tiongkok
Direktur Utama PalmCo, Jatmiko Krisna Santosa mengungkapkan, bahwa PalmCo bukan lagi perusahaan perkebunan negara yang merugi. Setelah penggabungan, perusahaan berhasil mencapai keuntungan yang fantastis.
Produktivitas perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh PalmCo mencapai 4,8 ton CPO/ha/tahun, melampaui rata-rata produktivitas kebun sawit swasta sebesar 4,5 ton CPO/ha/tahun, sementara perkebunan sawit rakyat mencapai sekitar 3,4 ton CPO/ha/tahun. Meskipun demikian, Jatmiko menyadari adanya disparitas produktivitas di berbagai region PalmCo.
“Peningkatan produksi memerlukan penyeragaman sistem operasi di seluruh region, termasuk Anper dan KSO sebagai kunci untuk memperkecil disparitas produktivitas,” ujar Jatmiko kepada InfoSAWIT di Jakarta.
Sumber: Majalah InfoSAWIT Edisi Januari 2024
