InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Minyak sawit, yang sebelumnya menjadi pilihan utama bagi negara-negara pengimpor (konsumen), kini menghadapi tekanan yang signifikan akibat harga yang lebih tinggi daripada pesaing utamanya, minyak bunga matahari. Menurut RHB Investment Bank (RHB Investment), hal ini dapat menyebabkan pergeseran dalam pilihan produk ke minyak lain.
Menurut analisis RHB Investment, meskipun negara-negara pengekspor sedang meningkatkan stok minyak sawit untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, keunggulan kompetitifnya masih terancam oleh minyak bunga matahari. Harga minyak sawit mentah (MSM) masih jauh lebih tinggi daripada minyak bunga matahari, dengan perbedaan harga yang mencapai US$ 3/ton, demikian juga dengan minyak sawit mentah (CPO) yang masih dijual dengan potongan harga yang lebih kecil dibanding dengan minyak kedelai.
Dilansir Astroawani, RHB Investment juga meramalkan bahwa stok minyak sawit akan tetap rendah, di bawah 2 juta ton, untuk beberapa bulan ke depan. Meskipun harga CPO mencapai puncak RM 4.285 pada Maret 2024 lalu. Sementara MIDF Research memperkirakan penurunan harga MSM hingga di bawah RM 4.000 per ton pada bulan kedepan, bergantung pada kondisi cuaca.
BACA JUGA:
Namun demikian, harga pengiriman MSM tempatan diproyeksikan naik sebesar 4,6% menjadi RM 4.410 per ton pada April, dipengaruhi oleh peristiwa EL-Niño. Namun, dengan pemulihan cuaca yang diantisipasi menjelang La-Niña pada paruh kedua tahun 2024, penurunan harga diperkirakan terjadi pada Mei, dengan perkiraan sekitar RM 3.946,7 per ton (turun10,5%).
Perubahan dalam tren harga minyak sawit dan bunga matahari mencerminkan dinamika pasar yang terus berubah, dengan faktor cuaca seperti El-Niño dan La-Niña serta kebijakan perdagangan internasional memainkan peran penting dalam menentukan arah pasar. Dalam menghadapi tantangan ini, adaptasi dan diversifikasi produk mungkin menjadi kunci bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk mempertahankan daya saing mereka di pasar global. (T2)
