InfoSAWIT, JAKARTA – Harga minyak sawit mentah (CPO) pada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) Inacom ditetapkan Rp. 13.978/kg pada Senin (30/9/2024), dengan demikian harga CPO tercatat turun Rp 26/kg, atau terdapat penurunan sekitar 0,19% dibandingkan dengan harga CPO pada Jumat (27/9/2024) yang mencapai Rp 14.004/kg.
Dari informasi yang didapat InfoSAWIT dari KPBN, harga CPO Franco Dumai ditetapkan Rp. 13.978/kg. Harga CPO di Belawan dibuka Rp 13.978/Kg, namun terjadi withdraw (WD) dengan penawaran tertinggi Rp. 13.853/Kg.
Lantas di harga CPO di Parindu dibuka Rp 13.628/Kg, namun terjadi withdraw (WD) dengan penawaran tertinggi Rp. 13.300/Kg. Harga CPO di Long Pinang dibuka Rp 13.578/Kg, namun terjadi withdraw (WD) dengan penawaran tertinggi Rp. 12.668/Kg. Harga CPO di Pelaihari dibuka Rp 13.578/Kg, namun terjadi withdraw (WD) dengan penawaran tertinggi Rp. 12.668/Kg.
BACA JUGA: Indonesia dan Belgia Jajaki Kerja Sama Perdagangan Minyak Sawit Berkelanjutan
Sementara dilansir Reuters, harga kontrak minyak Sawit berjangka di Bursa Malaysia turun pada Senin, (30/9/2024) untuk sesi kedua berturut-turut, terbebani oleh nilai mata uang ringgit yang lebih kuat, sementara para pedagang tetap berhati-hati karena harga kelapa sawit terus lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain.
Harga patokan minyak kelapa sawit untuk pengiriman Desember 2024 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 21 per ton atau terdapat penurunan sekitar 0,52 persen, menjadi RM 4.030 (US$ 982,21) per metrik ton selama jeda tengah hari.
Tercatat harga minyak sawit saat ini terlalu tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lain kata Paramalingam Supramaniam, seorang direktur di pialang Pakar Bestari yang berbasis di Selangor.
BACA JUGA: Pemprov Lampung Luncurkan Program Jaminan Sosial Bagi 18.612 Pekerja Rentan Sektor Sawit
Tercatat Bursa Komoditas Dalian (DCE) akan ditutup untuk liburan Golden Week Tiongkok mulai 1 hingga 7 Oktober. Nilai mata uang Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,49 persen terhadap dolar AS, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang asing.