InfoSAWIT, JAKARTA – Direktur Godrej International, Dorab Mistry, memproyeksikan permintaan global untuk minyak nabati tumbuh stabil sebesar 3 juta metrik ton per tahun. Pada tahun 2023-2024, permintaan ini telah meningkat sebesar 3 juta metrik ton, dan di tahun 2024-2025, diperkirakan bertambah 2,5 juta ton lagi. Pertumbuhan ini menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak sawit dan minyak nabati lainnya di pasar global.
Menurut Mistry, beberapa faktor eksternal turut mempengaruhi proyeksi harga minyak sawit ke depan, seperti defisit dalam ketersediaan minyak nabati, mandat biofuel baru serta insentif pemerintah, cuaca di Amerika Selatan, nilai tukar dolar AS, harga minyak mentah, dan perubahan iklim yang tidak terduga. “Ada kemungkinan India akan kembali menurunkan bea masuk, yang bisa memicu perubahan harga signifikan,” ungkap Dorab dalam paparannya pada Konferensi minyak sawit, dikutip InfoSAWIT, Senin (11/11/2024).
Dalam situasi ini, Mistry memprediksi bahwa harga minyak sawit pada Bursa Malaysia (BMD) untuk kontrak bulan ketiga akan berada di kisaran 5.000 ringgit antara sekarang hingga Juni 2025. Sementara permintaan dari Tiongkok serta kebutuhan Ramadhan pada periode Januari-Maret diharapkan mendorong sentimen pasar yang kuat.
BACA JUGA:Pasokan Minyak Sawit Stagnan, Harga CPO Diperkirakan Mengalami Koreksi Akhir 2024
Serta jika terjadi cuaca ekstrem di Amerika Selatan atau wilayah lainnya, harga dapat melonjak lebih tinggi lagi, bahkan bisa menyebabkan penangguhan sementara mandat biofuel di beberapa negara.
Selain itu, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) diperkirakan akan terus mendapat dorongan dari permintaan biodiesel yang kuat di Amerika Serikat, terutama dengan perubahan insentif dari kredit untuk pengolah menjadi kredit untuk produsen.
BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Global Melonjak, Pakistan Tingkatkan Impor RBDPO dan Minyak Kedelai
Jika ada pengumuman baru terkait Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF), ini akan menjadi faktor positif tambahan bagi harga minyak nabati. Di tahun 2025, pasokan minyak bunga matahari diperkirakan tidak akan berlebih, sehingga tidak akan menekan harga minyak sawit di pasar global. (T2)