InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga minyak sawit berjangka Malaysia naik pada hari Jumat setelah tiga sesi berturut-turut mengalami penurunan, namun tetap diperkirakan akan mencatatkan penurunan mingguan pertama dalam empat minggu, sementara pasar menantikan data ekspor sebagai petunjuk selanjutnya.
Kontrak minyak sawit acuan untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 14 ringgit, atau 0,28%, menjadi 4.978 ringgit (sekitar $1.112,15) per ton metrik pada sesi istirahat siang. Namun, kontrak tersebut telah turun 2,41% selama minggu ini.
“Terjadi aksi ambil untung pada minyak sawit menjelang akhir pekan setelah tiga sesi berturut-turut mengalami penurunan, sementara para investor menunggu data ekspor untuk petunjuk lebih lanjut,” kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip InfoSAWIT dari Reuters, Minggu (17/11/2024).
BACA JUGA: Kepala Tata Usaha PT GAN 2 Ditangkap Diduga Gelapkan Dana Rp 954 Juta
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian turun 0,91%, sementara kontrak minyak sawitnya naik 0,53%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,43%.
Harga minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati pesaing lainnya, karena minyak sawit bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Futures kedelai dan jagung di Chicago jatuh untuk sesi keempat berturut-turut, karena para trader khawatir bahwa perubahan kebijakan biofuel di bawah pemerintahan presiden AS yang akan datang, Donald Trump, dapat mengurangi permintaan domestik.
BACA JUGA: Parlemen Uni Eropa Setujui Penundaan Penerapan UU Deforestasi Setahun Kedepan
Parlemen Eropa pada hari Kamis berusaha untuk melemahkan larangan impor komoditas seperti daging sapi dan kedelai yang terkait dengan deforestasi, serta mendukung penundaan satu tahun untuk aturan baru tersebut, sebagai bentuk perlawanan terhadap agenda lingkungan Uni Eropa.