InfoSAWIT, JAkARTA – Sejak diperkenalkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada tahun 2004 di Malaysia dan masuk ke Indonesia pada 2006, konsep sawit berkelanjutan telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Meski awalnya mendapat respons beragam dan dianggap menambah beban biaya produksi bagi pelaku perkebunan, praktik ini kini dipandang sebagai langkah penting untuk memperbaiki tata kelola perkebunan kelapa sawit, terutama bagi petani sawit swadaya.
Di awal penerapannya, banyak pelaku industri yang mengkritik sawit berkelanjutan sebagai bentuk hambatan dagang yang tertuang dalam regulasi, sehingga dinilai membatasi ruang gerak pelaku dan petani kelapa sawit. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik sawit berkelanjutan mulai mendapat dukungan karena terbukti meningkatkan kualitas budidaya, efisiensi, serta hasil produksi sawit para petani.
Salah satu inovasi penting dalam sawit berkelanjutan adalah konsep ekonomi sirkular, yang mendorong petani untuk memaksimalkan sumber pendapatan di luar produksi kelapa sawit. Dengan teknik budidaya yang lebih baik, petani dapat meningkatkan produktivitas tanpa harus memperluas lahan atau merusak lingkungan, sehingga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
BACA JUGA: Kemitraan Usaha Perkebunan Sawit Dihadapkan Tantangan Keadilan
Praktik ini juga disebut-sebut dapat menjadi solusi bagi peningkatan ekonomi pedesaan. Dengan menerapkan teknik budidaya yang ramah lingkungan, desa-desa sekitar perkebunan dapat menikmati manfaat ekonomi berkelanjutan tanpa harus mengorbankan kelestarian alam. Hal ini diharapkan mampu mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat pedesaan dalam mengembangkan perekonomian lokal.
Sebagai bagian dari upaya mendalami dampak praktik sawit berkelanjutan, Media InfoSAWIT bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan FGD Sawit Berkelanjutan Vol 16, bertajuk “Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Perdesaan” pada awal November 2024. Diskusi ini mengundang berbagai narasumber yang kompeten di bidangnya untuk membahas cara praktik sawit berkelanjutan dapat membantu pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalbar Periode III-November 2024 Tertinggi Rp 3.448,61/Kg
Selain membahas hasil diskusi tersebut, edisi November 2024 InfoSAWIT juga mengupas isu penting lainnya, termasuk penyediaan bibit sawit unggul dan strategi harga TBS Sawit yang sudah semestinya disinergikan dengan harga CPO. Pembahasan ini diharapkan memberikan wawasan mendalam bagi para pembaca mengenai tantangan dan peluang di industri kelapa sawit. (T2)