InfoSAWIT, BALI – Technical Advisor Yayasan Titian Lestari dan Anggota Task Force International Union for Conservation of Nature (IUCN), Darmawan Liswanto mengutarakan pentingnya keseimbangan antara ekspansi kelapa sawit dan pelestarian lingkungan. Hal ini disampaikan disela acara Internasional Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) ke-7 hari ke 2 di Bali, dihadiri InfoSAWIT, Kamis (13/2/2025).
Darmawan membandingkan produktivitas kelapa sawit dengan komoditas lain seperti kedelai. “Produksi kelapa sawit bisa mencapai 28,9 hingga 49,5 ton per hektar, sementara kedelai hanya menghasilkan 2,05 ton per hektar. Artinya, sawit jauh lebih efisien dalam penggunaan lahan,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa ekspansi sawit harus dilakukan dengan hati-hati. “Jika kebijakan ekspansi sawit dilakukan dengan membuka hutan atau mengorbankan lahan pertanian pangan, dampaknya bisa merugikan,” tambahnya.
BACA JUGA: Pertamina Patra Niaga Ungkap Dua Tantangan Pada Penerapan Mandatori Biodiesel Sawit
Darmawan juga melihat dampak perubahan iklim pada produktivitas sawit. “Pada musim hujan, suhu bisa turun drastis, memengaruhi pembungaan dan produksi. Ini tantangan serius yang perlu diatasi,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya riset untuk mengembangkan varietas sawit yang tahan terhadap perubahan iklim. “Tanpa riset yang memadai, sulit mempertahankan produktivitas sawit di tengah tantangan iklim yang semakin kompleks,” ujarnya.
Darmawan mengkritik kebijakan ekspansi sawit yang mengorbankan hutan. “Jika kita terus membuka hutan untuk sawit, dampak lingkungannya akan sangat besar. Kita perlu memikirkan alternatif, seperti intensifikasi lahan yang sudah ada,” tegasnya.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik 0,58 Persen Pada Jumat (14/2), Harga CPO Mingguan Melonjak
Ia mencontohkan, alih-alih membuka hutan, pemerintah bisa memanfaatkan lahan terdegradasi atau bekas pertanian. “Ini lebih berkelanjutan dan mengurangi tekanan pada ekosistem hutan,” tambahnya.
Pasar Sawit Global
Darmawan juga menyinggung keterkaitan pasar global. “Perdagangan internasional sangat terinterkoneksi. Jika kita tidak meningkatkan produksi sawit, kita bisa kehilangan pasar dan bergantung pada impor bahan baku lain,” ujarnya.
Ia mencontohkan, harga komoditas pangan global sangat fluktuatif. “Jika kita tidak hati-hati, ketergantungan pada satu komoditas bisa merugikan. Sawit bisa digunakan untuk berbagai produk, dari makanan hingga kosmetik, tapi kita perlu diversifikasi,” jelasnya.