InfoSAWIT, BALI – Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi industri kelapa sawit, terutama di Kolombia. Peningkatan suhu global, emisi gas rumah kaca, dan perubahan penggunaan lahan berdampak signifikan pada ekosistem, satwa, manusia, serta tanaman kelapa sawit.
Dalam konferensi International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) Series 2025 di Bali Beach Convention, Bali, dihadiri InfoSAWIT pada pertengahan Februari 2025 lalu, Ivan Mauricio Ayala Diaz dari Cenipalma mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit, serta kelangkaan sumber daya, yang berujung pada penurunan produksi per hektare.
“Penurunan hasil pembuahan dan gangguan dalam penyerbukan oleh kumbang menjadi perhatian utama. Di Kolombia, dampak perubahan iklim terhadap industri sawit sangat nyata,” ujarnya.
BACA JUGA: Pengelolaan Limbah Sawit Dapat Kurangi Emisi Hingga 95%
Selama 15 tahun terakhir, epidemi yang menyerang kelapa sawit telah menyebabkan kerugian besar, dengan 168 ribu hektare perkebunan terdampak dan kerugian finansial mencapai 3,1 juta dolar. Kondisi ini menegaskan perlunya strategi mitigasi untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim terhadap industri sawit.
Cenipalma, sebagai pusat penelitian kelapa sawit di Kolombia, telah menerapkan berbagai inovasi agronomi untuk meningkatkan ketahanan tanaman sawit. Salah satu strategi yang diterapkan adalah teknik agronomi dasar dan irigasi artifisial.
“Di Kolombia, penelitian kembali ke teknik agronomi dasar memberikan hasil positif. Beberapa eksperimen dilakukan di wilayah utara dan selatan untuk mengoptimalkan ketersediaan air,” jelas Diaz.
BACA JUGA: PT SMART Tbk dan USU Gelar Talkshow Bahas Masa Depan Industri Kelapa Sawit
Irigasi artifisial diuji dengan tiga metode berbeda, dan hasilnya menunjukkan bahwa sistem dripper dapat meningkatkan panen hingga 90% dengan efisiensi air yang lebih tinggi.
Teknologi konservasi kelembapan tanah diterapkan untuk menjaga produktivitas sawit dan mengurangi erosi. Upaya ini mampu menurunkan tingkat erosi hingga 50%, berkat kerja sama dengan para peneliti dari Belanda dan negara lainnya.
Dengan memanfaatkan teknologi pemetaan zona iklim, Cenipalma dapat menentukan lokasi paling cocok untuk menanam kelapa sawit. Strategi ini memungkinkan petani menyesuaikan tanaman dengan kondisi lingkungan tertentu, meningkatkan efisiensi produksi.
BACA JUGA: 18 Anak Usaha Musim Mas Group Peroleh Peningkatan PROPER Hijau dan Biru di Sektor Sawit
Perubahan suhu akibat perubahan iklim menuntut strategi baru dalam pembibitan. Cenipalma telah mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kelompok tanaman sawit yang paling stabil dan tahan terhadap musim kemarau. Dengan early screening test, mereka dapat mengembangkan bibit yang memiliki toleransi lebih baik terhadap kondisi ekstrem.