InfoSAWIT, JAKARTA – Solidaridad memaparkan pengalaman praktis dalam penerbitan Surat Tanda Daftar Budidaya Elektronik (E-STDB) dalam forum dialog Siak Hijau di Riau. Forum ini menjadi wadah diskusi bagi berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, perusahaan perkebunan, koperasi petani, dan organisasi masyarakat sipil untuk memperkuat sistem ketertelusuran komoditas perkebunan.
Dalam sesi yang dihadiri oleh petani, asosiasi perkebunan, serta perwakilan dinas kabupaten, Solidaridad menyoroti langkah-langkah penerbitan E-STDB melalui aplikasi eSTDB dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Proses ini mencakup pendataan petani, pemetaan lahan, penginputan dokumen, verifikasi lapangan, hingga penerbitan STDB bagi petani sawit swadaya.
Junior Programme Officer Solidaridad, Dwi Anggreini, yang menjadi pemateri dalam sesi coaching clinic, menjelaskan bahwa pemetaan lahan dilakukan dengan metode poligon untuk mendapatkan koordinat kebun yang akurat. Selanjutnya, dokumen yang telah diverifikasi diunggah ke aplikasi eSTDB oleh petugas pendamping dengan akses dari admin Kabupaten/Kota. Setelah proses verifikasi akhir oleh dinas perkebunan, E-STDB akan diterbitkan secara elektronik oleh kepala dinas atau kepala daerah setempat.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 19-25 Maret 2025 Naik Rp 28,36 Per Kg
“Kami berharap pengalaman ini dapat membantu petani sawit swadaya memahami tahapan pengajuan STDB agar dapat segera memperoleh legalitas usaha mereka,” ujar Dwi dalam keterangan tertulis diterima InfoSAWIT, Selasa (18/3/2025).
E-STDB menjadi syarat utama bagi petani yang ingin memperoleh sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Legalitas ini juga menjadi krusial dalam menghadapi kebijakan ketertelusuran global, seperti European Union Deforestation-free Regulation (EUDR), yang akan diberlakukan mulai 2025 bagi perusahaan besar dan 2026 untuk usaha mikro dan kecil.
Menurut Yeni Fitriyanti, Country Manager Solidaridad Indonesia, dukungan terhadap petani swadaya sangat penting agar mereka mampu memenuhi standar keberlanjutan dan tetap memiliki akses ke pasar global. “Kami mengedepankan inklusi dan peningkatan kapasitas agar petani dapat memenuhi persyaratan ekspor dan meraih manfaat ekonomi yang lebih luas,” ujarnya.
BACA JUGA: Ciliandra Perkasa Akuisisi Pengendali Saham ANJT, Perluas Bisnis Kelapa Sawit
Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek SAFE (Sustainable Agriculture Forest Ecosystems), yang bertujuan memfasilitasi dialog teknis dan koordinasi regional terkait rantai pasok kelapa sawit, karet, dan kakao di Indonesia, Malaysia, serta Papua Nugini. Bersama Tropical Forest Alliance (TFA), PISAgro, dan Cocoa Sustainability Partnership (CSP), Solidaridad berperan dalam mendukung kepatuhan terhadap regulasi EUDR dan mendorong praktik perkebunan berkelanjutan. (T2)