InfoSAWIT, BOGOR — Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong sinergi antara subsektor perkebunan dan peternakan melalui Program Sistem Integrasi Sawit–Sapi (SISKA). Langkah ini menjadi bagian penting dari strategi besar pemerintah menuju kemandirian pangan nasional, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi.
Komitmen tersebut ditegaskan dalam Forum Group Discussion (FGD) Akselerasi SISKA sebagai Pilar Ketahanan Pangan Menuju Swasembada Daging Sapi dan Industri Sawit Berkelanjutan yang digelar di Bogor, Senin lalu.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, mengatakan bahwa SISKA bukanlah program baru, melainkan inisiatif strategis yang kini perlu dipercepat implementasinya. Ia menilai, momentum saat ini sangat tepat karena Presiden Prabowo Subianto tengah mendorong percepatan swasembada pangan di berbagai komoditas.
BACA JUGA: PTPN III Dorong Transformasi Bisnis Perkebunan dari Product-Centric ke Customer-Centric
“Program ini sudah lama berjalan, hanya belum optimal. Sekarang waktunya untuk percepatan. Kita sudah swasembada padi dan jagung, juga surplus unggas. Saatnya fokus pada swasembada daging sapi,” ujar Agung dilansir InfoSAWIT dalam keterangan resmi ditulis Kamis (30/10/2025).
Menurut Agung, integrasi sawit dan sapi menawarkan solusi strategis yang efisien. Dengan luas areal sawit mencapai 16,8 juta hektare, subsektor ini memiliki potensi besar sebagai sumber pakan dan ruang pengembangan ternak. Melalui model integrasi, populasi sapi dapat ditingkatkan sembari menekan limbah, memperbaiki produktivitas lahan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun.
Kementan, lanjutnya, telah mengidentifikasi sekitar 1,5 juta hektare lahan potensial yang bisa dikembangkan untuk ternak sapi. Namun, upaya tersebut memerlukan dukungan lintas sektor serta payung regulasi yang kuat agar implementasinya berjalan efektif.
BACA JUGA: Menguak Rahasia di Balik Kehadiran Minyak Kelapa Sawit di 10 Produk Favorit Anda
“Integrasi sawit–sapi adalah strategi nasional menuju ketahanan pangan. Dengan sinergi dua subsektor ini, kita bukan hanya menambah populasi sapi, tapi juga membangun sistem usaha yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” jelas Agung.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menegaskan komitmen pihaknya untuk berkolaborasi penuh dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia menyebut program SISKA merupakan bagian penting dari visi “mandiri protein”, sebagaimana sektor perkebunan telah berkontribusi terhadap kemandirian energi melalui biodiesel.




















