InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga minyak sawit pada Bursa Berjangka di Malaysia tercatat kembali turun 4%, Selasa (2/8/2022), kian memprpanjang kerugian untuk hari kedua, lantaran muncul kekhawatiran pasokan ekspor minyak sawit dari Indonesia yang melimpah dan aksi jual besar-besaran telah menekan harga.
Kontrak minyak sawit FCPOc3 untuk pengiriman Oktober 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 163, atau terdapat penurunan sekitar 4,01%, menjadi RM 3.897 (US$ 880,58) per ton selama awal perdagangan.
Pemerintah Indonesia tetap mempertahakan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO), guna mendukung pasokan bahan baku minyak goreng sawit di dalam negeri.
Hanya saja dalam medukung kelancaran ekspor minyak sawit Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan telah menetapkan porsi pengali kuota ekspor yang sebelumnya hanya sebanyak 7 kali, maka sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor 14/DAGLU/KEP/07 /2022 Tentang Penetapan Rasio Pengali Besaran Volume Pemberian Persetujuan Ekspor (PE), Crude Palm Oil, Refined, Bleached And Deodorized Palm Oil, Refined, Bleached And Deodorized Palm Olein, Dan Used Cooking Oil, telah menetapkan rasio pengali ekspor menjadi 9 kali lipat.
Dalam beleid yang diterima InfoSAWIT, Selasa (2/8/2022), mencatat kebijakan ini efektif diterapkan mulai awal Agustus 2022.
Sementara dilansir Reuters, harga Kedelai di bursa berjangka Chicago Board of Trade turun ke level terendah hampir satu minggu, paska Pemerintah AS melaporkan terdapat sedikit perbaikan dari sisi kondisi tanaman.
Harga kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 1,9%. Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 1,7%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 tercatat merosot 3,3%.
Analis Teknis Reuters, Wang Tao mencatat, harga minyak kelapa sawit mungkin aka jatuh ke RM 3.857 per ton, lantaran sebelumnya telah mencapai titik tertinggi RM 4.085 per ton. (T2)