InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga minyak sawit di Bursa Berjangka Malaysia tercatat kembali turun lebih dari 3% pada awal perdagangan pada Kamis (4/8/2022), tertekan lantaran adanya prediksi pasokan yang meningkat dan adanya upaya peningkatan ekpsor minyak sawit dari Indonesia.
Kontrak minyak sawit acuan FCPOc3 untuk pengiriman Oktober 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 76 per ton, atau terdapat penurunan sekitar 1,97%, menjadi RM 3.788 (US$ 850,47) per ton pada awal perdagangan, turun sepertiga dalam empat sesi.
Dilansir Reuters, stok minyak sawit Malaysia pada akhir Juli kemungkinan bakal meningkat 9,8% dari bulan sebelumnya menjadi 1,82 juta ton, akibat produksi yang lebih tinggi, ungkap Kepala Penelitian Perkebunan Regional di CGS-CIMB Research, Ivy Ng dalam sebuah laporan.
Sementara kapal gandum pertama mulai meninggalkan pelabuhan Ukraina pada masa perang melewati Selat Bosphorus pada Rabu (3/8/2022) menuju Lebanon, masa pengiriman pertama ini diharapkan bakal membantu meringankan krisis pangan global.
Belum lama ini merujuk laporan Refinitiv Commodities Research, kembali dimulainya kegiatan ekspor dari Ukraina meningkatkan harapan pasokan dari Laut Hitam yang lebih baik,. Lantaran kegiatan ekspor melalui Laut Hitam menyumbang 60% dari produksi minyak bunga matahari dunia serta 76% dari kegiatan ekspor.
Kewajiban ekspor yang lebih rendah dan pengali kuota volume ekspor yang lebih tinggi di Indonesia telah membuat minyak sawitnya lebih kompetitif daripada minyak sawit Malaysia.
Kontrak kedelai teraktif Dalian DBYcv1 turun 3,3%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 4,1%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 1,2%.
Aanalis Teknis Reuters, Wang Tao mencatat, harga minyak sawit mungkin akan berada di RM 3.717 per ton, dengan potensi kenaikan sekitar RM 3.489 – RM 3.598 per ton. (T2)