InfoSAWIT, JAKARTA – Sebagai salah satu komoditas bahan kebutuhan pangan pokok, minyak goreng sawit sangat dibutuhkan masyarakat, industri Minyak Goreng Sawit (MGS) sebagai bahan pangan masyarakat telah berkembang pesat, merujuk data dari Kemenko, produksi minyak goreng sawit telah mencapai 22,4 jta Kilo Liter.
Dimana jumlah industrinya atau pabrik sebanyak 104 pabrik dengan 137 pelaku repacker. Saat ini kapasitas produksi minyak goreng sawit mencapai 42,36 juta Kilo liter, sementara kinerja ekspor minyak goreng sawit mampu mencapai 11,82 juta ton atau setara 13,13 juta Kilo Liter dengan perolehan devisa sebanyak US$ 12,25 miliar.
“Dimana kebutuhan minyak goreng sawit nasional mencapai 5,8 juta kilo liter atau sekitar 25,8% dari produksi minyak goreng sawit di dalam negeri,” kata Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Khadikin, dalam acara FGD SAWIT BERKELANJUTAN VOL 13, bertajuk “Minyak Sawit: Sumber Pangan Dan Bioenergi Berkelanjutan”, yang diadakan media InfoSAWIT yang didukung BPDPKS, pertengahan April 2023 lalu di Jakarta.
BACA JUGA: Saatnya Pengembangan Sawit Konsisten Ikuti Roadmap
Sementara guna mengatasi meningkatnya penggunaan minyak goreng sawit pemerintah juga sedang mengembangkan industri minyak makan merah (Red Palm Oil), yang mana pengembangannya masih dilakukan secara sporadis, serta dalam skala kecil dan menengah.
“Salah satu hambatan pengembangannya adalah persepsi masyarakat akan minyak goreng yang sehat adalah yang berwarna jernih, padahal dari sisi kesehatan, minyak berwarna lebih sehat karena lebih bernutrisi,” kata Khadikin.
Bila dilihat dari pasokan bahan bakunya, maka kebutuhan minyak sawit mentah (CPO) untuk bahan baku minyak goreng masih dianggap sangat mencukupi.
BACA JUGA: Pembangunan Pabrik dan Penanaman Baru Jadi Target Cisadane Sawit Raya di 2023
Maka itu kedepan, pemerintah akan fokus pada pengelolaan produk turunan kelapa sawit, misalnya saja melakukan pengembangan potensi minyak sawit merah (Red Palm Oil) dalam tujuan hilirisasi. (T2)