InfoSAWIT, SINGAPURA – Harga minyak sawit mentahn (CPO) di Bursa Berjangka Malaysia turun pada Selasa (25/7/2023), lantaran para pedagang melakukan aksi ambil untung setelah harga naik ke level tertinggi selama empat setengah bulan di sesi sebelumnya, menyusul adanya serangan Rusia terhadap gudang biji-bijian minyak nabati Ukraina.
Dilansir Reuters, patokan kontrak harga minyak sawit berkode FCPOc3 untuk pengiriman Oktober 2023 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot RM 22 atau turun sekitar 0,53%, menjadi RM 4.142 (US$ 906,94) pada tengah hari.
Tercatat harga kontrak minyak sawit telah naik sekitar 3,2% di sesi sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak 10 Maret lalu.
BACA JUGA: Kebijakan DMO Minyak Goreng Rakyat Diusulkan Disempurnakan
Sebelumnya Rusia menghancurkan gudang biji-bijian Ukraina di Sungai Danube dalam serangan pesawat tak berawak pada Senin, menargetkan rute ekspor vital ke Kyiv dalam serangan udara yang diperluas yang dimulai dari Moskow minggu lalu, setelah berhentinya kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Sementara diungkapkan Sathia Varqa dari Fast Markets Palm Oil Analytics, saat ini nampak kecenderungan para pedagang melakukan aksi ambil untung setelah meningkatnya harga CPO kemarin, akibatnya perdagangan minyak sawit lebih rendah saat ini.
Masih dilansir Reuters, kontrak minyak kedelai pada Bursa Dalian berkode DBYcv1 naik 1,62%, sementara kontrak minyak sawit berkode DCPcv1 naik 2,36%. Harga minyak kedeali di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,53%.
Di Indonesia DMO minyak goreng untuk periode Juli 2023 tercatat tidak memenuhi target yang ditetapka. Alasannya produsen masih memiliki Hak Ekspor yang cukup banyak. Dalam Rapat Koordinasi Minyak Goreng Rakyat Badan Pangan Nasional yang diperoleh InfoSAWIT, Senin (24/7/2023), Realisasi Domestic Market Obligation (DMO) minyak goreng sawit akan berada disekitar 60% dari target DMO.
Realiasi DMO Minyak Goreng Rakyat sampai Tanggal 23 Juli 2023 sebesar 145.532 ton atau 48,51% dari total DMO. Estimasi realiasi DMO pada bulan Juli diperkirakan antara 60%-70% dari target DMO atau sekitar sekitar 200.000 ton. (T2)