InfoSAWIT, MEDAN – Indonesia, sepanjang tahun 2022, mengalami lonjakan harga komoditas, terutama minyak sawit, yang memberikan dampak positif bagi ekonomi negara ini. Peningkatan harga komoditas ini dimulai pada akhir tahun 2021 dan mencapai puncaknya pada bulan April 2022.
Menurut Dendi Ramdani, Kepala Industry & Regional Research Office of Chief Economist PT Bank Mandiri, Tbk, lonjakan harga sawit tersebut dianggap sebagai fenomena yang tidak biasa atau abnormal.
Salah satu faktor yang memicu kenaikan harga komoditas adalah inflasi yang tinggi di negara-negara maju. Negara-negara ini terpaksa mengeluarkan instrumen fiskal yang besar-besaran untuk membantu masyarakat selama pandemi COVID-19, sedangkan Indonesia mengeluarkan instrumen fiskal yang lebih kecil dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat yang mengalokasikan hingga US$ 3.000 per keluarga dengan total mencapai US$ 22 triliun.
BACA JUGA: Kabul Wijayanto: Sawit Selama Dua Dekade Dukung Ekonomi Indonesia
Selain itu, perang antara Ukraina dan Rusia juga berdampak pada suplai minyak bunga matahari, yang kemudian mempengaruhi harga komoditas. Faktor-faktor lain yang memengaruhi harga komoditas termasuk permintaan yang meningkat dari China setelah pandemi COVID-19 dan kebijakan moneter yang ketat dengan kenaikan suku bunga serta penarikan uang dari peredaran.
Meskipun terjadi penurunan harga di akhir tahun 2022, sebagian besar penurunan ini dianggap sebagai koreksi alami setelah lonjakan yang tidak biasa pada tahun sebelumnya. Dendi Ramdani juga meramalkan bahwa harga minyak sawit kemungkinan akan terus turun pada tahun 2024.
“Walaupun tidak secara drastis. Namun, akan bergerak ke US$ 700 per ton sampai US$ 800 per ton, harga tersebut relatif masih menguntungkan,” katanya dalam acara FGD Industri Kelapa Sawit yang diadakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dihadiri InfoAWIT, pada Kamis, 14 September 2023 di Medan.
BACA JUGA: Isran Noor: DBH Kaltim Sedikit yang Dibagikan, Tapi Totalnya Rp 4,7 Triliun Seluruh Indonesia
Implikasi dari situasi ini adalah bahwa pelaku perkebunan kelapa sawit, harus melakukan efisiensi untuk mempertahankan margin keuntungan mereka. (T2)