InfoSAWIT, PETALING JAYA – Pada Mei 2024, stok minyak sawit Malaysia mengalami peningkatan sebesar 0,5% menjadi 1,75 juta ton, meskipun terjadi peningkatan produksi sebesar 13%. Pertumbuhan persediaan yang terbatas ini disebabkan oleh permintaan yang melebihi pasokan. Produksi minyak sawit Malaysia meningkat sebesar 203.000 ton pada bulan Mei, sementara gabungan ekspor dan konsumsi domestik meningkat sebesar 212.000 ton.
Dilansir InfoSAWIT dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC), pada Minggu (16/6/2024), harga minyak sawit diperkirakan akan mengalami kenaikan lebih lanjut di bulan Juni. Pertumbuhan produksi di Malaysia diperkirakan akan melambat pada paruh kedua tahun 2024, sementara ekspor terus meningkat. Dari bulan Januari hingga Mei 2024, Malaysia menunjukkan kinerja produksi dan ekspor minyak sawit yang mengesankan, dengan peningkatan produksi sebesar 9% (626.000 ton) dan ekspor meningkat sebesar 7% (393.000 ton).
Sebaliknya, Indonesia mengalami penurunan produksi minyak sawit mentah sebesar 647.000 ton (5,0%) dari bulan Januari hingga Maret 2024, menurut data GAPKI. Akibatnya, gabungan produksi minyak sawit di Malaysia dan Indonesia diperkirakan turun setengah juta ton pada kuartal pertama tahun 2024. Meskipun pertumbuhan produksi Malaysia positif, pertumbuhan gabungan persediaan minyak sawit di kedua negara diperkirakan tidak terlalu tinggi.
BACA JUGA: Disbun Kaltim Adakan Sosialisasi Pengawasan Peredaran Benih Ilegitim di Desa Klempang Sari
Harga minyak kanola, bunga matahari, dan kedelai di pasar Eropa masing-masing naik sebesar 6%, 8%, dan 7% di bulan Mei, sementara harga minyak sawit turun sebesar 4%. Akibatnya, harga premium minyak lunak dibandingkan minyak sawit meningkat dari USD 40 menjadi USD 115, yang diharapkan dapat mendukung pemulihan ekspor minyak sawit Malaysia.
Perkiraan awal produksi biji minyak prospektif USDA untuk tahun pemasaran 2024/25 memperkirakan peningkatan produksi biji minyak global sebesar 4%. Akibatnya, stok biji minyak global diperkirakan meningkat sebesar 6%, mencapai level tertinggi dalam satu dekade pada tahun 2024/25. Oleh karena itu, pasokan minyak sayur diperkirakan tetap mencukupi.
Harga minyak sawit diperkirakan akan mendapat dukungan sebesar RM 3.900 pada bulan Juni, karena pasokan gabungan dari Malaysia dan Indonesia diperkirakan akan semakin ketat pada akhir tahun 2024, seiring dengan peningkatan ekspor minyak sawit. Namun, kenaikan harga kemungkinan akan dibatasi pada RM 4.150 karena proyeksi surplus produksi minyak sayur USDA untuk tahun 2024/25.
BACA JUGA: BPDPKS Umumkan 73 Proposal Lolos Seleksi dalam Program Grant Riset Sawit 2024
Dengan perkembangan ini, industri minyak sawit di Malaysia dan Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan. Peningkatan ekspor dan harga yang kompetitif menjadi kunci untuk menghadapi dinamika pasar global yang terus berubah. (T2)