InfoSAWIT, JAKARTA – Diungkapkan Ketua Umum Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, khusus untuk tumpang sari sawit dengan padi gogo, membutuhkan sawah tadah hujan, ini sangat cocok untuk di perkebunan sawit, khususnya saat dilakukan peremajaan kelapa sawit sampai dengan usia tanaman menghasilkan, sehingga berkisar sekitar 3 tahunan saja.
Untuk tahun pertama, jika tidak diberakan (dibiarkan) terlebih dahulu, terdapat sekitar 70% luas lahan bisa ditanami. Dua tahun berikutnya menjadi sekitar 50% dan 30%. Penurunan luas ini dikarenakan tajuk dari sawit yang makin memanjang sehingga area lahan yang bisa ditanami menjadi berkurang.
Jika peremajaan sawit ini berlangsung terus menerus dan konsisten dilaksanakan secara nasional di perkebunan sawit yang diindikasi secara resmi seluas 16,2 juta Ha, maka akan tersedia lahan yang bisa ditanami sekitar 1 juta hektar setiap tahunnya yang berpotensi untuk ditanami padi gogo.
BACA JUGA: Sawit Bisa Serap Air Lebih Sedikit, Ini Tips Prof Erliza Hambali dari IPB University
“Hasilnya ya tinggal dikalikan dengan produktivitas dalam satu tahun dari benihnya itu sendiri,” ungkap Kacuk kepada InfoSAWIT, belum lama ini.
Secara teknis penanaman program ini diyakini sangat bisa dilakukan, dengan memilih lahan yang tidak berupa genangan dan tidak mengganggu embung-embung yang dikhususkan untuk tandon air bagi kebun sawit. “Hanya saja tergantung dari kesediaan pemilik kebun dan adanya pembeli dari hasil budidaya tersebut dengan harga yang wajar atau menguntungkan,” katanya.
Lebih lanjut kata Kacuk, perlu dipertimbangkan secara matang, jangan sampai mengganggu tanaman pokoknya, baik saat adanya aktivitas budidaya padi tersebut maupun dari segi pemupukannya. Masing-masing tanaman diberikan pupuk yang memadai, sesuai dengan kebutuhannya.
BACA JUGA: Pemkab Aceh Singkil Sepakati Visi Lanskap Kelapa Sawit Berkelanjutan 2024-2026
Diakui atau tidak nampaknya terdapat indikasi kendala dalam penerapan program tersebut, diantaranya pertama, ketersediaan bibit yang unggul dan pupuk serta herbisida yang terjangkau, ketersediaan pelatihan untuk budidaya dan pasca panennya.