InfoSAWIT, JAKARTA – Minyak kelapa sawit terus menjadi komponen penting dalam pasar minyak nabati global sepanjang 2024. Dengan statusnya sebagai minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia, kelapa sawit memegang peranan besar dalam berbagai sektor, termasuk industri konsumen dan energi baru terbarukan (EBT). Di Indonesia sendiri, sekitar 60% dari total produksi minyak sawit ditujukan untuk ekspor, menjangkau lebih dari 160 negara.
Data dari Oil World mencatat harga rata-rata minyak sawit sepanjang tahun 2024 berkisar antara US$ 937 hingga US$ 1.147 per ton. Harga yang relatif tinggi ini menunjukkan komoditas ini tetap menjadi pemain utama dalam perdagangan internasional.
Namun, industri sawit menghadapi sejumlah tantangan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri, isu yang muncul meliputi stagnasi produksi, ketidakpastian kebijakan, serta masalah umur tanaman yang mulai memerlukan replanting. Tantangan eksternal seperti keseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak nabati global, kampanye negatif mengenai rantai pasok yang berkelanjutan, hingga kondisi geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, turut mempengaruhi industri ini.
Salah satu tantangan kebijakan global yang berpotensi besar adalah Kebijakan Deforestasi Uni Eropa (EUDR). Mona Surya, Bendahara Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) sekaligus Ketua Panitia Pelaksanaan IPOC 2024, menyinggung risiko dari kebijakan ini. “Kebijakan ini bisa berdampak signifikan bagi petani sawit di negara penghasil utama seperti Indonesia yang menyumbang 41% dari produksi global, dan Malaysia sebesar 27%,” ujar Mona dalam keterangannya dikutip InfoSAWIT, Rabu (23/10/2024).
Menanggapi berbagai ketidakpastian ini, GAPKI akan menggelar 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) pada 6-8 November 2024 di Bali International Convention Center, The Westin Resort, Nusa Dua, Bali. Konferensi ini mengangkat tema “Seizing Opportunities Amidst Global Uncertainty” dan diharapkan menjadi ajang strategis bagi para pelaku industri sawit untuk membahas peluang di tengah dinamika global.
Rencananya scara ini akan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan menghadirkan sejumlah menteri, termasuk Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Dalam konferensi ini, analisis mendalam mengenai situasi pasar minyak nabati global akan menjadi fokus utama.
BACA JUGA: Pekerja Sawit di Kalimantan Didominasi Tenaga Kerja dari NTT, Pemerintah Daerah Perkuat Pengawasan
Beberapa pakar minyak nabati terkemuka seperti Thomas Mielke dari Oil World, Julian McGill dari Glenauk Economics, Nagaraj Meda dari Transgraph, dan Dorab Mistry dari Godrej International Ltd, juga dijadwalkan hadir untuk memaparkan pandangan mereka tentang tren harga di masa depan. (T2)