InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam industri perkebunan kelapa sawit, investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) dipandang menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan jangka panjang. Profesor Agus Pakpahan, Rektor Universitas Koperasi Indonesia (Ikopin University) sekaligus Ketua Umum Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo), mengungkapkan pentingnya R&D dalam mendorong produktivitas dan keberlanjutan kelapa sawit Indonesia.
Sebagai negara dengan luas dan produksi kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia telah melampaui usia satu abad dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Namun, ada satu pertanyaan yang muncul, seberapa besar investasi dalam R&D di sektor ini, terutama terkait dengan “mesin biologis” yang sangat penting, seperti serangga penyerbuk, Elaeidobius Kamerunicus?
Profesor Agus berpendapat bahwa solusi untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit bukanlah dengan mengimpor serangga dari luar negeri, tetapi dengan memperkuat sistem R&D di bidang bioteknologi kelapa sawit. Menurutnya, hanya melalui penelitian yang fokus dan mendalam, Indonesia bisa mendapatkan jawaban yang akurat mengenai bagaimana Elaeidobius Kamerunicus mempengaruhi produktivitas sawit.
BACA JUGA:
“Variabel yang menentukan produktivitas banyak sekali, dan serangga hanyalah salah satu kunci keberhasilan. Bahkan jika kita mengimpor Elaeidobius Kamerunicus, hal itu belum tentu akan meningkatkan produktivitas, jika faktor lain seperti penggunaan insektisida, tidak diperhatikan dengan benar,” jelasnya kepada InfoSAWIT, belum lama ini.
Profesor Agus juga mengajukan sebuah hipotesis menarik, alam Indonesia ini sangat kaya akan alternatif. Oleh karena itu, daripada terburu-buru mengimpor spesies baru Elaeidobius solusi dari luar, alangkah lebih baik jika meneliti lebih dalam. Mungkin saja ada solusi yang lebih baik yang bisa ditemukan di tanah air sendiri. (T2)
Lebih lengkap baca majalah InfoSAWIT Edisi September 2024