InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam upaya memperkuat keberlanjutan industri kelapa sawit global, Indonesia dan Malaysia, sebagai anggota utama Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), menegaskan komitmennya untuk bekerja sama lebih erat. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Pers 12th CPOPC Ministerial Meeting di Jakarta pada Jumat (29/11/2024).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa sinergi antara negara-negara produsen minyak sawit sangat penting untuk menghadapi tantangan global yang terus berkembang. “Kami menghargai kemitraan dan kolaborasi yang telah terjalin dengan negara-negara penghasil minyak sawit. Indonesia dan Malaysia sepakat memperkuat kolaborasi selama satu tahun ke depan,” ujarnya.
Airlangga menegaskan, upaya ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang mengutamakan program asta cita. Fokus tersebut mencakup ketahanan pangan, kemandirian energi, dan hilirisasi industri perkebunan, termasuk kelapa sawit. Industri sawit memainkan peran penting dalam mendukung kemandirian dan keberlanjutan ekonomi Indonesia.
BACA JUGA: Serangga Baru Belum tentu Mampu Genjot Produktivitas Sawit, Perlu Pendekatan yang Terukur
Pada kesempatan tersebut kedua negera sepakat untuk melawan kampanye hitam negara-negara Eropa terhadap komoditas sawit. Hal ini dilakukan melalui perpanjangan pembentukan Gugus Tugas Ad Hoc (Ad Hoc Joint Task Force) terkait UU Anti Deforestasi atau European Union Deforestation Regulation (EUDR). Saat ini, Indonesia telah menyerahkan keketuan CPOPC kepada Malaysia untuk satu tahun mendatang.
Sementara, dalam kesempatan yang sama, Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Seri Johari Abdul Ghani, menekankan pentingnya kolaborasi kedua negara sebagai produsen utama minyak sawit dunia. “Indonesia dan Malaysia bersama-sama menyumbang lebih dari 70% minyak sawit dunia. Kontribusi ini sangat signifikan,” ungkap Johari.
Johari menambahkan, kolaborasi erat antara Indonesia dan Malaysia diperlukan untuk memastikan standarisasi global produk kelapa sawit. “Kita harus menyatukan suara untuk memastikan standar sawit diakui secara global. Kerja sama ini penting untuk menghadapi isu-isu pemberdayaan sekaligus kepatuhan terhadap regulasi internasional,” jelasnya.
BACA JUGA: Diplomasi Buruh dan Pengusaha Sawit ke Uni Eropa, Lakukan Dialog Bipartit
Sebagai dua negara utama produsen minyak sawit, Indonesia dan Malaysia menghadapi berbagai tantangan, termasuk tuduhan terhadap keberlanjutan lingkungan dan isu regulasi perdagangan. Melalui forum CPOPC, kedua negara berupaya memberikan perspektif yang adil dan memperjuangkan pengakuan global terhadap standar keberlanjutan sawit yang telah diterapkan.
Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat posisi sawit sebagai komoditas strategis dunia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memastikan industri sawit menjadi lebih inklusif serta berkelanjutan. (T2)