InfoSAWIT, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu perburuhan sawit dengan menjalankan misi diplomasi bipartit bersama Serikat Buruh Sawit Nasional ke Uni Eropa. Dalam rangkaian kunjungan pada 18–22 November 2024, delegasi ini berhasil menciptakan sejarah baru dalam diplomasi sawit Indonesia dengan memperkenalkan pendekatan kolaboratif antara buruh dan pengusaha.
“Misi ini bertujuan menyampaikan situasi perburuhan sawit dari berbagai perspektif, sekaligus memahami dinamika legislasi baru di Eropa, termasuk Corporate Sustainability Due Diligence Directive (CSDDD),” ujar Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Tenaga Kerja GAPKI sekaligus pemimpin delegasi bipartit, dalam keterangannya kepada InfoSAWIT, Jumat (29/11/2024). Legislasi CSDDD mengatur penghormatan terhadap hak asasi manusia dan buruh, yang berdampak signifikan pada pemasok di rantai nilai perusahaan Uni Eropa.
Dalam waktu lima hari, delegasi ini menggelar sepuluh pertemuan strategis dengan berbagai pihak, mulai dari Kementerian Luar Negeri dan Pertanian Belanda, Parlemen Belanda, hingga Komisi Uni Eropa. Mereka juga bertemu asosiasi pengusaha, NGO, dan serikat buruh Eropa, serta berdialog dengan Dubes RI untuk Belanda dan Uni Eropa. “Misi ini menjadi lebih efektif berkat dukungan dua serikat buruh Belanda, CNV dan FNV, yang memiliki jaringan pelobi kuat di Eropa,” tambah Sumarjono.
BACA JUGA: China Tetap Borong Kedelai AS Meski Ketegangan Perdagangan Memanas
Setiap pertemuan diakhiri dengan penyerahan Buku Panduan Praktis Perlindungan Perempuan dan Anak, sebagai salah satu inisiatif kolaboratif GAPKI. Dukungan terhadap pendekatan ini datang dari berbagai pihak, termasuk Komisi Uni Eropa dan Parlemen Belanda. Francesco Flores dari Komisi Uni Eropa bahkan memuji misi ini sebagai langkah unik dan strategis dalam diplomasi sawit.
Legislasi CSDDD yang mendukung penerapan upah layak atau decent living wage menjadi perhatian utama. “Standar upah layak dalam legislasi ini berpotensi memunculkan interpretasi baru di pasar Eropa,” jelas Alejandro Gonzales, penasihat NGO S&D. Hal ini menegaskan bahwa industri sawit Indonesia harus terus beradaptasi dengan tuntutan global.
Misi diplomasi ini membuktikan bahwa kolaborasi buruh dan pengusaha dapat menjadi fondasi kuat dalam menghadapi tantangan internasional. “Kita akan terus mencari peluang kerjasama baru dengan mitra Uni Eropa untuk memperluas inisiatif yang sudah ada,” janji Qazal Jamail dari Komisi Uni Eropa.
BACA JUGA: Mukomuko Siap Jadi Pusat Energi Hijau dengan PLTBm Berbasis Limbah Kelapa Sawit
Meski menghadapi cuaca musim dingin yang berat, delegasi tetap menjalankan tugasnya dengan penuh semangat. Sawit Indonesia kini semakin siap menghadapi aturan baru di pasar global, menjadikan diplomasi bipartit sebagai langkah penting menuju keberlanjutan industri yang lebih tangguh. (T2)