Konferensi Minyak Nabati di Pakistan Peringatkan Harga Tinggi Minyak Sawit Bisa Turunkan Daya Saing

oleh -17003 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. Istimewa/ Ketua Pakistan Edible Oil Refiners Association (PEORA), Abdul Rasheed Jan Mohammad, juga membahas kebijakan Pemerintah Pakistan yang baru-baru ini.

InfoSAWIT, KARACHI – Pakistan Edible Oils Conference (PEOC) ke-7 yang digelar pada 10-11 Januari lalu di Karachi menyampaikan pesan penting bagi industri minyak sawit global, khususnya Indonesia dan Malaysia. Konferensi ini melihat tingginya harga minyak sawit yang kini mencapai tingkat premium, sehingga menuntut kebijakan yang dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan.

Para pembicara, yang terdiri dari analis pasar dan pelaku industri, memperingatkan bahwa dominasi minyak sawit di pasar global tidak boleh membuat para produsen terlena. Mereka menyinggung potensi minyak nabati lain, seperti kedelai dan kanola, yang siap bersaing jika harga sawit tidak lagi kompetitif.


Sebagai negara dengan populasi lebih dari 240 juta jiwa, Pakistan menjadi salah satu pasar utama bagi minyak sawit Indonesia dan Malaysia. Saat ini, kebutuhan minyak makan domestik Pakistan mencapai 4,5 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri hanya sekitar 0,5 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pakistan mengimpor sekitar 3 juta ton minyak makan, di mana minyak sawit mendominasi dengan 2,9 juta ton pada 2023.

BACA JUGA: SPKS Fokus Peremajaan Sawit Rakyat Supaya Produktivitas Petani Meningkat

Ketergantungan Pakistan pada minyak sawit membuat kebijakan Indonesia sangat berpengaruh terhadap pasar mereka. Salah satu kebijakan yang mendapat perhatian adalah peralihan dari program B35 ke B40, yang berpotensi memengaruhi pasokan minyak sawit ke pasar global.

Dalam informasi yang diperoleh InfoSAWIT, Kamis (30/1/2025), Ketua Pakistan Edible Oil Refiners Association (PEORA), Abdul Rasheed Jan Mohammad, juga menyoroti kebijakan Pemerintah Pakistan yang baru-baru ini meloloskan impor kedelai hasil rekayasa genetika (GMO). Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan pasokan kedelai dalam beberapa bulan ke depan, sebagai upaya untuk mengimbangi kenaikan harga minyak sawit.

Dari perspektif Indonesia, Head of Foreign Affairs Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Moh. Fadhil Hasan mengungkapkan, bahwa stagnasi dan penurunan produksi sawit merupakan akibat dari lambannya program peremajaan (replanting), keterbatasan ekspansi lahan, serta menurunnya produktivitas. GAPKI mencatat produktivitas tertinggi minyak sawit Indonesia terjadi pada 2006-2011 dengan rata-rata 3,9 hingga hampir 4 ton CPO per hektare per tahun. Namun, angka ini terus menurun hingga mencapai 3,4 ton pada 2023.

BACA JUGA: Presiden Prabowo Subianto dan PM Anwar Ibrahim Sepakat Pererat Kerja Sama dari Sawit, Energi, Hingga Pertahanan

Sementara itu, meskipun hanya menguasai 10% pasar minyak sawit di Pakistan, Malaysia menunjukkan keseriusannya dalam menjaga hubungan dagang dengan negara tersebut. Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Datuk Seri Johari Bin Abdul Ghani, yang hadir di PEOC, mengakui bahwa Indonesia kini lebih dominan di pasar minyak sawit Pakistan. Hal ini tidak lepas dari penandatanganan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan pada 2013, yang memberikan keuntungan dagang bagi Indonesia.

Namun, Malaysia tidak tinggal diam. Pemerintah Malaysia berupaya meningkatkan kerja sama dagang melalui revisi Malaysian Pakistan Closer Economic Partnership Agreement (MPCEPA) agar lebih menguntungkan kedua negara. Selain itu, Malaysia berkomitmen menjaga stabilitas pasokan minyak sawit dengan meningkatkan produktivitas lahan, yang terbukti dengan kenaikan ekspor sebesar 12% tahun lalu tanpa ekspansi lahan.

Konferensi ini menegaskan bahwa harga dan pasokan minyak sawit global akan tetap menjadi isu strategis bagi negara-negara produsen dan konsumen. Kebijakan yang adaptif dan strategi perdagangan yang kuat akan menjadi kunci dalam mempertahankan posisi minyak sawit di pasar global. (T2)

InfoSAWIT

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com