InfoSAWIT, BRUSSELS – Uni Eropa (UE) akan merevisi aturan terkait biodiesel berbasis minyak sawit setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa bagian dari Renewable Energy Directive (RED III) mendiskriminasi ekspor minyak sawit Indonesia. Keputusan ini diumumkan pada 10 Januari 2025 dan dianggap sebagai kemenangan besar bagi Indonesia dalam sengketa panjangnya dengan UE terkait pembatasan perdagangan biofuel.
Indonesia menggugat UE ke badan penyelesaian sengketa WTO pada 2019 setelah blok tersebut mengklasifikasikan biodiesel berbasis minyak sawit sebagai berisiko tinggi terhadap deforestasi. Berdasarkan aturan yang berlaku, penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar transportasi akan dihentikan secara bertahap antara 2023 hingga 2030.
Meskipun WTO tetap mendukung klasifikasi biodiesel sawit sebagai “berisiko tinggi”, organisasi ini menemukan adanya kekeliruan dalam penerapan aturan tersebut. Secara khusus, WTO menilai bahwa Delegated Regulation 2019/807 yang menjadi bagian dari kebijakan RED III tidak konsisten dengan aturan perdagangan internasional.
BACA JUGA: Indonesia Menang Sengketa Dagang Minyak Sawit di WTO, Uni Eropa Terbukti Diskriminatif
Selain itu, WTO juga melihat insentif pajak Prancis yang mengecualikan biodiesel berbasis sawit, sementara memberikan keuntungan bagi alternatif biofuel berbasis rapeseed dan kedelai. Kebijakan ini dinilai bersifat diskriminatif terhadap minyak sawit Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, Uni Eropa berjanji akan menyesuaikan kebijakan tersebut agar sesuai dengan kewajiban perdagangan internasional. Revisi aturan diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 60 hari, kecuali jika ada upaya banding terhadap keputusan WTO ini.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltim Periode II-Januari 2025 Turun Rp 117,30 per Kg
Sejak awal, Indonesia telah menilai bahwa kebijakan RED UE tidak adil karena lebih menguntungkan biofuel produksi domestik Eropa dibandingkan minyak sawit yang berasal dari negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia. Dengan adanya putusan WTO ini, Indonesia berharap ada perbaikan dalam kebijakan perdagangan Uni Eropa sehingga minyak sawit dapat bersaing secara lebih adil di pasar global. (T2)