InfoSAWIT, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menandatangani surat edaran yang menyetujui aksesi Kongo sebagai anggota penuh dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) pada Rabu. Persetujuan ini juga akan ditandatangani secara paralel oleh Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia, Menteri Pertanian dan Peternakan Honduras, serta Menteri Kelapa Sawit Papua Nugini.
Kongo, yang selama ini berstatus sebagai negara pengamat dan tamu di CPOPC, kini menjadi negara Afrika pertama yang menjadi anggota penuh organisasi tersebut. Langkah ini dinilai strategis dalam memperluas pengaruh CPOPC di pasar kelapa sawit dunia, terutama dalam menghadapi hambatan perdagangan dan membuka akses pasar baru.
Berdasarkan data tahun 2023, luas panen kelapa sawit Kongo mencapai sekitar 340.000 hektar dengan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 2,23 juta ton. Produktivitasnya tercatat mencapai 6,59 ton per hektar dengan jumlah pekebun mencapai 54.000 orang.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik 0,63 Persen Pada Rabu (12/3), Harga CPO di Bursa Malaysia Naik
Dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, Kamis (13/3/3025), meski masih dalam tahap pengembangan, industri kelapa sawit Kongo memiliki potensi besar untuk tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan sektor ini sebagai bagian dari diversifikasi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
CPOPC merupakan organisasi internasional yang didirikan oleh Indonesia dan Malaysia pada tahun 2015, dengan tujuan utama mendukung pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta memajukan ekonomi global melalui industri kelapa sawit. Sekretariat CPOPC berkedudukan di Jakarta, di mana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia menjadi focal point organisasi ini.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Periode 12-18 Maret 2025 Naik Rp 73,07 per Kg
Saat ini, anggota CPOPC terdiri dari negara-negara penghasil kelapa sawit utama seperti Indonesia, Malaysia, Honduras, dan Papua Nugini. Dengan bergabungnya Kongo, organisasi ini semakin memperluas jangkauan geografisnya, sekaligus membuka peluang baru bagi pengembangan industri kelapa sawit yang lebih inklusif di Afrika. Selain itu, langkah ini juga memperkuat posisi CPOPC dalam memperjuangkan keberlanjutan dan kebijakan yang mendukung industri kelapa sawit di berbagai belahan dunia. (T2)