InfoSAWIT, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memperkuat strategi hilirisasi kelapa sawit guna meningkatkan nilai tambah komoditas ini di pasar domestik maupun global. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, mengungkapkan empat tahapan utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan industri sawit ke depan.
“Hilirisasi kelapa sawit akan dilakukan secara bertahap, mencakup penguatan ekosistem industrialisasi, peningkatan kapasitas produksi untuk kebutuhan dalam negeri, penguatan daya saing industri untuk ekspansi global, serta pencapaian net export. Langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan,” ujar Rachmat dalam sebua seminar nasional di Bogor, dilansir InfoSAWIT dari Antara, Sabtu (15/3/2025).
Indonesia sebagai produsen utama Crude Palm Oil (CPO) dengan kontribusi 68,7 persen dari produksi global memiliki potensi besar dalam industri hilirisasi. Kebijakan biodiesel B35 dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu faktor yang turut mendorong peningkatan permintaan produk olahan sawit di dalam negeri.
BACA JUGA: Asian Agri dan Apical Perkuat Komitmen Keberlanjutan melalui AsianAgri2030 dan Apical2030
Selain sektor energi, perkebunan sawit juga diharapkan berperan dalam swasembada pangan melalui pola tumpang sari dan agroforestri, termasuk Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA). Dengan sistem ini, perkebunan sawit tidak hanya menjadi sumber bahan baku industri, tetapi juga mendukung produksi pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Di sisi energi, sawit memiliki peran strategis dalam mencapai target bauran energi nasional melalui pengembangan biofuel. Selain itu, limbah sawit seperti serat, cangkang, tandan kosong, pelepah, dan batang replanting dapat dimanfaatkan sebagai biomassa untuk energi alternatif.
Lebih lanjut, Rachmat menekankan bahwa industri kelapa sawit juga berpotensi mendukung ekonomi sirkular dengan memaksimalkan pemanfaatan setiap komponen yang dihasilkan. Namun, ia mengingatkan bahwa aspek lingkungan tetap harus menjadi perhatian utama dalam pengelolaan perkebunan sawit.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik Pada Jumat (14/3), Harga CPO di Bursa Malaysia Naik Tipis
“Alih fungsi lahan untuk sawit memang menyebabkan emisi karbon dari stok karbon yang tersimpan di lahan sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi sawit berkelanjutan yang mendukung pembangunan rendah karbon, seperti pengelolaan lahan gambut, penerapan pertanian regeneratif, dan kebijakan keberlanjutan lainnya,” jelas Rachmat.
Dengan langkah-langkah ini, hilirisasi sawit diharapkan dapat semakin mendorong daya saing industri dalam negeri serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar global. (T2)