InfoSAWIT, TANDOJAM – Para diplomat Indonesia dan ilmuwan Pakistan melihat perlunya peningkatan budidaya kelapa sawit lokal guna mengurangi ketergantungan Pakistan yang tinggi pada impor minyak nabati.
Saat ini, Pakistan mengimpor 92% kebutuhan minyak nabatinya dengan biaya sekitar US$4-5 miliar per tahun. Para ahli menekankan bahwa dengan membudidayakan setidaknya 60.000 hektare kelapa sawit, investasi sebesar US$30 juta dapat ditarik dan secara signifikan mengurangi beban impor negara tersebut.
Delegasi tingkat tinggi dari Indonesia, yang dipimpin oleh Pejabat Konsul Jenderal Teguh Wiwiek dan Konsul Bidang Ekonomi Dr. Ahmad Syofyan, mengunjungi Universitas Pertanian Sindh (SAU) Tandojam untuk menjajaki peluang penelitian bersama dan kolaborasi teknis. Delegasi ini meninjau kemajuan Proyek Percontohan Kelapa Sawit SAU-DALDA di Latif Experimental Farm dan mengadakan diskusi dengan Rektor SAU, Prof. Altaf Ali Siyal, serta anggota fakultas senior lainnya.
BACA JUGA: Kemendag dan Ombudsman Perkuat Pengawasan Distribusi MINYAKITA
Delegasi Indonesia juga mencakup Dewanto Priyokusumo, Adi Pranajaya, Renaldi Putra, dan Barkha Salman dari tim ekonomi Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Prof. Altaf Ali Siyal menekankan bahwa wilayah pesisir Pakistan, termasuk Sindh dan Balochistan, memiliki kondisi iklim yang ideal untuk budidaya kelapa sawit. Namun, untuk memperluas cakupan lebih lanjut, SAU tengah melakukan penelitian bersama Malaysia dan mitra internasional lainnya guna mengembangkan varietas kelapa sawit yang sesuai untuk daerah kering.
“Universitas ini secara aktif terlibat dalam penelitian di Latif Experimental Farms dan di Kathore, dekat Karachi, bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk menilai kelayakan komersial kelapa sawit di Pakistan,” ujar Dr. Siyal dilansir InfoSAWIT dari Business Recorder, Selasa (25/3/2025).
BACA JUGA: Petani Sawit di Aceh Utara Butuh Perbaikan Jalan, SPKS Upayakan Dana Hibah BPDPKS
Para pakar sepakat bahwa kerja sama erat dengan Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, dapat membantu Pakistan dalam mengadopsi praktik agronomi modern dan meningkatkan produksi minyak nabati dalam negeri.
Dalam pertemuan tersebut, Dr. Ahmad Syofyan menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mendukung sektor kelapa sawit Pakistan melalui kemitraan penelitian, beasiswa mahasiswa, program pertukaran, dan bantuan teknis. Ia juga mengungkapkan ketertarikan Indonesia untuk bekerja sama dengan SAU dalam pengembangan infrastruktur, pembibitan komersial, unit percontohan ekstraksi minyak, serta keterkaitan industri guna meningkatkan produksi lokal.
Tawaran Keanggotaan di CPOPC
Sebagai langkah strategis, Indonesia menawarkan Pakistan keanggotaan dalam Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC), sebuah forum global yang dapat memperkuat posisi Pakistan dalam perdagangan minyak sawit internasional. Keanggotaan ini akan memfasilitasi transfer teknologi, memperkuat hubungan industri, dan menyelaraskan regulasi Pakistan dengan standar global.
BACA JUGA: HGU PT SLS Tumpang Tindih dengan 1.200 Ha Lahan Plasma di Pelalawan, Petani Gagal Dapat Dana BPDPKS
Pertemuan ini diakhiri dengan komitmen kedua belah pihak untuk terus berkolaborasi, dengan tujuan menjadikan Pakistan lebih mandiri dalam produksi minyak nabati dan mengurangi ketergantungan pada impor. (T2)