DPR Dukung Co-Firing di PLTU: Cara Baru Kurangi Emisi dan Atasi Sampah

oleh -888 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. DPR RI/ Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto.

InfoSAWIT, PROBOLINGGO — Suara mesin PLTU Paiton masih bergemuruh ketika rombongan Komisi XII DPR RI tiba pada Minggu pagi, 13 April 2025. Di bawah sinar matahari Jawa Timur, Wakil Ketua Komisi XII Sugeng Suparwoto berdiri di depan deretan turbin raksasa dan menyampaikan dukungan penuh terhadap pemanfaatan teknologi co-firing—sebuah pendekatan baru dalam mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara.

“Co-firing ini langkah strategis. Ia bukan hanya menurunkan emisi dari bahan bakar fosil, tetapi juga menjadi solusi pengolahan sampah yang kian mendesak,” ujar Sugeng dikutip InfoSAWIT dari Parlementaria pada, Selasa (15/4/2025).

Teknologi co-firing sendiri adalah metode membakar dua bahan bakar secara bersamaan dalam satu tungku. Di PLTU, batu bara dicampur dengan biomassa seperti pellet kayu, cangkang sawit, serbuk gergaji, bahkan sampah olahan. Tujuannya sederhana: mengurangi porsi batu bara, memperbaiki kualitas udara.

BACA JUGA: Ketua DPRD Kapuas Dukung Penuh Investasi Sawit untuk Dorong Ekonomi Daerah

Sugeng menilai bahwa penggunaan sampah sebagai bagian dari biomassa membawa manfaat ganda. “Kita menekan emisi metana dan karbon dioksida dari sampah, sekaligus mengubahnya jadi energi. Jadi dua masalah selesai sekaligus,” jelasnya.

Meski sampah memiliki nilai kalor yang lebih rendah dibandingkan batu bara, Sugeng menilai hal itu bukan hambatan berarti. Menurutnya, teknologi saat ini mampu mengatasi tantangan tersebut dengan efisiensi tinggi.

Target nasional co-firing pun sudah dicanangkan. Komisi XII mendorong penerapannya sebesar 5 persen. “Bayangkan, kalau 5 persen dari 200 juta ton batu bara yang dibakar setiap tahun bisa digantikan, berarti sekitar 10 juta ton emisi bisa ditekan,” ucapnya.

BACA JUGA: Global Witness Singgung Jejak Deforestasi Inggris, Indonesia dan Malaysia Perkuat Sawit Berkelanjutan

Dengan emisi karbon dioksida dan sulfur dari batu bara yang sangat tinggi, pemangkasan 10 juta ton batu bara bisa memberi dampak besar terhadap kualitas lingkungan. Sugeng juga menyebut pentingnya pengawasan teknologi di PLTU, termasuk penerapan sistem super critical dan ultra critical untuk menurunkan jejak karbon.

“Kita kawal supaya setiap PLTU batubara menggunakan teknologi ramah lingkungan. Bahkan ke depan, kita berharap bisa terapkan carbon capture and storage,” ujarnya.

Sugeng mengakui bahwa transisi ke energi baru dan terbarukan butuh waktu. Namun, selama proses berlangsung, PLTU tetap dibutuhkan—tentu dengan pendekatan efisien dan beremisi rendah.

BACA JUGA: Uang, Mobil Mewah, dan Putusan Onslag: Kisah Suap Hakim dalam Perkara Minyak Goreng

“Batu bara belum bisa ditinggalkan seketika. Tapi kita tekan emisinya. Salah satunya dengan PLTU mulut tambang agar lebih efisien,” pungkasnya.

Dengan semangat itu, langkah-langkah konkret seperti co-firing menjadi kunci. Tidak hanya menjaga pasokan energi, tapi juga menyelamatkan udara dan bumi yang terus kita tinggali bersama. (T2)

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com