InfoSAWIT, PETALING JAYA – Malaysia perlu segera memprioritaskan keberlanjutan industri melalui penerapan ekonomi bio-based agar tetap kompetitif dan berkelanjutan di pasar global, terutama dalam sektor kelapa sawit. Seruan ini disampaikan oleh pendiri Research Institute for Sustainable Excellence and Leadership (RISEL), Hong Wai Onn.
Menurut Hong, sektor kelapa sawit Malaysia harus bergerak melampaui praktik tradisional yang berbasis komoditas semata. Ia menekankan pentingnya menciptakan nilai tambah melalui pemanfaatan biomassa, pemulihan metana, serta penerapan model bisnis sirkular yang memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi.
“Sektor sawit kita harus berevolusi. Kita perlu memikirkan ulang cara menciptakan nilai, misalnya melalui konversi limbah menjadi energi terbarukan dan bahan kimia ramah lingkungan,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip InfoSAWIT dari Bernama, Selasa (15/4/2025).
BACA JUGA: Stok Minyak Nabati India Terendah dalam Tiga Tahun, Impor Minyak Sawit Diprediksi Naik
Hong menyebutkan sejumlah inovasi yang telah diujicobakan maupun dikomersialkan, seperti pemanfaatan tandan kosong sawit menjadi biofuel dan biokimia, serta penangkapan gas metana dari limbah cair pabrik kelapa sawit untuk digunakan dalam teknologi energi terbarukan.
“Inovasi-inovasi ini tidak hanya menurunkan emisi, tetapi juga membuka sumber pendapatan baru yang dapat mendorong pergeseran Malaysia menuju ekonomi rendah karbon,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menepis anggapan bahwa ekonomi sirkular hanyalah sekadar slogan. Menurutnya, pendekatan ini merupakan strategi bisnis yang kuat dan visioner.
“Pola pikir sirkular—dengan desain untuk penggunaan ulang, pengurangan limbah, dan kolaborasi lintas sektor—memungkinkan industri untuk tumbuh secara berkelanjutan sekaligus menguntungkan,” tegasnya.
Hong juga menyoroti pentingnya pengembangan sumber daya manusia di masa depan. Ia mengatakan bahwa kebutuhan akan tenaga profesional yang memiliki keterampilan teknis dan mampu mendorong inovasi hijau terus meningkat. Mulai dari teknologi penangkapan karbon hingga bioteknologi, industri memerlukan pemimpin yang berpikir sistemik, mau terus belajar, dan berani menantang pola lama.
“Ke depan, bioteknologi dan simbiosis industri akan menjadi pengganggu besar ekonomi konvensional. Masa depan adalah tentang menggantikan bahan baku fosil dengan sumber hayati dan mengubah limbah industri menjadi sumber daya bernilai—mewujudkan ekonomi regeneratif sejak dari desain,” tutupnya. (T2)