InfoSAWIT, BEIJING – Pemerintah China pada Jumat (11/4/2025) mengumumkan kenaikan tarif impor atas produk Amerika Serikat menjadi 125 persen, yang akan berlaku mulai Sabtu. Langkah ini merupakan respons langsung terhadap keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang sehari sebelumnya menaikkan tarif atas barang-barang asal China menjadi 145 persen.
Ketegangan ini langsung berdampak pada pasar komoditas global, khususnya kedelai dan gandum. Kontrak kedelai Mei sempat menyentuh level tertinggi sejak 28 Februari, meski akhirnya ditutup di bawah titik tersebut. Sementara itu, kontrak Juli menembus harga US$10,50 per bushel—juga rekor tertinggi sejak akhir Februari.
Panen Argentina Tertunda, Brasil Dominasi Pasar
Dilansir InfoSAWIT dari MarketsFarm News, di tengah ketidakpastian pasar global, hujan yang terus menerus di Argentina menunda proses panen kedelai. Bursa Gandum Rosario (Rosario Grain Exchange) melaporkan bahwa baru 2,6 persen lahan kedelai berhasil dipanen, jauh di bawah capaian tahun lalu dan rata-rata lima musim terakhir.
Sementara itu, AgroConsult memperkirakan Brasil akan mengekspor 106 juta ton kedelai tahun ini, didorong oleh rekor produksi yang diperkirakan mencapai 172,1 juta ton. Di sisi lain, Atase Pertanian Departemen Pertanian AS (USDA) di Buenos Aires memproyeksikan produksi kedelai Uruguay mencapai 3,3 juta ton, 200 ribu ton lebih tinggi dari proyeksi resmi USDA sebelumnya.
Harga Gandum dan Jagung Menguat
Tak hanya kedelai, tiga varietas gandum AS juga mengalami lonjakan harga dua digit, dengan gandum lunak Chicago mencatat kenaikan terbesar. Di Eropa, kondisi gandum lunak Prancis dilaporkan 75 persen dalam kondisi baik hingga sangat baik, meski turun satu poin dari pekan lalu namun masih naik 11 poin dibanding tahun sebelumnya.
Di Australia Barat, penanaman gandum diproyeksikan mencapai 4,19 juta hektare tahun ini, turun 400 ribu hektare dibanding tahun lalu. Produksi diprediksi mencapai 10,46 juta ton, turun 15 persen dari tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Stok Minyak Nabati India Terendah dalam Tiga Tahun, Impor Minyak Sawit Diprediksi Naik
Sementara itu, harga jagung kontrak Mei mencatat reli enam hari berturut-turut dan menjadi sesi positif kesembilan dalam 11 hari terakhir, mencapai titik tertinggi sejak 27 Februari. Rosario Grain Exchange melaporkan 23,1 persen lahan jagung Argentina telah dipanen, dengan produksi diperkirakan sebesar 49 juta ton.
Thailand Longgarkan Tarif Impor Jagung AS
Di tengah dinamika global ini, Menteri Keuangan Thailand mengumumkan bahwa negara tersebut akan menurunkan tarif impor jagung dari AS yang sebelumnya berada di angka 73 persen, langkah yang bisa mengubah peta perdagangan jagung di kawasan Asia Tenggara. (T2)