InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Merujuk laproran PublicInvestment Bank Bhd (PublicInvest Research) mengingatkan bahwa ekspor CPO Malaysia masih dikenai tarif universal sebesar 10%, meskipun ada jeda sementara selama 90 hari dalam penerapan tarif balasan antara AS dan Tiongkok. Hal ini dinilai akan menambah beban biaya bagi konsumen di Amerika.
“Dampak tarif bisa membuat produsen makanan di AS menggantikan CPO dengan minyak kedelai domestik, meskipun komoditas itu dikenai tarif 84% di Tiongkok mulai 10 April,” tulis PublicInvest dilansir New Straits Times, Kamis (7/8/2025).
PublicInvest memperkirakan tren peningkatan produksi akan berlanjut, tetapi permintaan tetap lemah karena ketidakpastian ekonomi global. Mereka mempertahankan rating “Netral” untuk sektor perkebunan dengan proyeksi harga CPO di level RM4.200 per ton.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Turun pada Rabu (6/8), Perdagangan CPO di Bursa Malaysia Lesu
Senada, Hong Leong Investment Bank Bhd (HLIB Research) mempertahankan asumsi harga CPO sebesar RM4.000 per ton untuk 2025 dan RM3.800 untuk 2026. Mereka menilai kekuatan harga akan mulai memudar seiring dengan membaiknya pasokan global.
“Meski ketegangan dagang dapat mendorong Tiongkok mengalihkan sebagian impor minyak nabatinya ke sawit, dampaknya kemungkinan akan tertahan oleh lemahnya permintaan dan harga minyak mentah,” jelas HLIB.
Lembaga itu juga memberikan rekomendasi “Netral” untuk sektor perkebunan, dengan proyeksi bahwa stok CPO akan terus meningkat pada April karena pola panen musiman dan rendahnya permintaan pasca-libur.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Periode 6-12 Juli 2025 Naik Rp14,22 Per Kg
Sementara itu, RHB Investment Bank Bhd (RHB Research) menyoroti bahwa harga CPO saat ini masih tinggi akibat pasokan yang terbatas dan stok yang rendah. Hingga tahun berjalan, harga rata-rata CPO tercatat di RM4.717 per ton.
RHB memperkirakan stok akan terus naik dalam waktu dekat, tetapi tetap di bawah dua juta ton. Lembaga itu juga mempertahankan rekomendasi “Overweight” untuk sektor perkebunan, dengan keyakinan bahwa prospek jangka menengah tetap menjanjikan di tengah tantangan global. (T2)