InfoSAWIT, JAKARTA – Mendengar namanya saja sudah dibuat merinding, apalagi sampai bisa mampir ke kebun kelapa sawit yang kita kelola. Ganoderma memang bukan nama penyakit baru di perkebunan, tetapi kian hari banyak kebun kelapa sawit –utamanya yang sudah diatas dua generasi penanaman – mulai merasakan gejalanya. Kendati demikian kebun baru pun berpotensi tinggi merasakan serangan dari penyakit yang satu ini.
Penyakit yang berasal dari jamur ini memang bukan sembarang penyakit bagi tanaman kelapa sawit, karena jika tanaman terserang maka dipastikan tanaman tersebut akan mati yang akan menyebabkan kerugian bagi perkebunan kelapa sawit. Usut punya usut infeksi ganoderma dapat menyebar melalui spora dan kontak akar dimana jika di dalam tanah terdapat inokulum maka penyebaran melalui tanah sangat susah dihindari.
Jika tanaman kelapa sawit ditanam pada tanah yang telah terdapat inokulum, maka sehebat apapun penanganan terhadap pohon yang terinfeksi akan berpotensi terkena serangan. Sebab itu banyak para peneliti tertantang untuk menanggulangi penyakit ini, misalnya dengan beragam teknik yang sudah di uji cobakan sampai melakukan riset benih sawit anti atau toleran ganoderma.
Tidak heran bila saat ini rata-rata produsen benih kelapa sawit nasional pun menawarkan benih sawit yang toleran terhadap ganoderma. Bisa jadi, benih sawit tersebut menjadi salah satu solusi, tetapi ada baiknya mengenal lebih dulu apa sejatinya ganoderma. Dengan mengenali gejala awal maka bencana serangan bisa ditangani dengan baik melalui tindakan pencegahan atau paling tidak bisa dilakukan isolasi supaya tidak menyebar ke lokasi lain.
Gejala awal dan Identifikasi
Sebenarnya guna mengetahui serangan awal ganoderma bisa diidentifiasi lewat gejala yang ditimbulkan penyakit tersebut, ada empat gejala awal yang bisa di identifikasi diantaranya:
Pertama, 3 daun tombak atau lebih tidak membuka pada saat tanaman tidak kekurangan air (sering disebut skor 1).
kedua, 3 daun tombak atau lebih tidak membuka pada saat tanaman tidak kekurangan air dan pelepah bagian bawah sengkleh alami (skor 2).
ketiga, 3 daun tombak atau lebih tidak membuka pada saat tanaman tidak kekurangan air, pelepah bagian bawah sengkleh alami dan ditemukan jamur (badan buah/fruitting body/basidioscarp) disebut skor 3.
Keempat, 3 daun tombak atau lebih tidak membuka pada saat tanaman tidak kekurangan air, pelepah bagian bawah sengkleh alami, ditemukan jamur (badan buah/fruitting body/basidioscarp) dan semua pelepah sudah sengkleh kecuali daun tombak disebut skor 4.
Kelima, 3 daun tombak atau lebih tidak membuka pada saat tanaman tidak kekurangan air, pelepah bagian bawah sengkleh alami, ditemukan jamur (badan buah/fruitting body/basidioscarp) dan sudah tumbang disebut skor 5.
Jenis-jenis Ganoderma
Faktanya jamur ganoderma bisa memiliki lebih dari satu jenis misalnya, di Sumatera Utara dilaporkan terdapat jenis Ganoderma boninense, di Malaysia diketemukan jenis Ganoderma miniatocinctum, dan ada juga jenis Ganoderma australis, Ganoderma zonatum serta masih banyak jenis ganoderma lainnya.
Apapun jenis spesiesnya bukan menjadi hal yang terpenting. Sebab yang terpenting adalah jika badan jamur (fruitting body atau basidioscarp) diketemukan pada pokok sehat dan menunjukkan gejala seperti disebutkan di atas pada tanaman kelapa sawit, maka sudah bisa pasti bahwa ganoderma tersebut adalah parasit (pathogen). Untuk identifikasi jenis species harus mengirimkan badan buah ke laboratorium yang memiliki analisa Ganoderma untuk tes DNA.
Hal yang perlu diperhatikan adalah, saat pengambilan, penanganan dan pengiriman sample harus bersih dari kontaminan. Lantas perlu diketahui, tidak semua laboratorium memiliki fasilitas analisa ganoderma, atau kalaupun ada merupakan fasilitas untuk kebutuhan internal saja, sebab itu perlu jauh-jauh hari berkomunikasi dengan pihak laboratorium. (*)
Penulis: Marlon Sitanggang, Head Divisi Agronomi PT USTP