Seperti negara Cina, yang selalu membutuhkan pasokan CPO dan RBD Olein demi kebutuhan minyak makanan masyarakatnya. Berdasarkan data ekspor pada 8 Februari 2022 yang dirilis Departemen Perdagangan Amerika Serikat, Cina masih mendominasi sebagai tujuan ekspor utama pembelian pertanian dan makanan di peringkat pertama, dengan pertumbuhan di tahun 2021, naik 25% dibandingkan tahun 2020.
Namun, ekspor minyak sawit asal Indonesia hingga September 2021 hanya mencapai 4,90 juta ton dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 6,17 juta ton. Penurunan ekspor dari Cina hingga 21% ini, sebagai sinyal akan terjadinya penurunan permintaan pasar ekspor. Lantaran Cina sebagai negara tujuan ekspor pertama hingga dewasa ini.
Apa yang terjadi pada negara Cina? Berdasarkan Media Chinadialogue, yang ditulis Jiang Yifan, dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Cina telah melakukan pengembangan perkebunan kelapa sawit di negaranya. Sejak tahun 1926, penanaman kelapa sawit di Cina telah dilakukan didaerah Hainan, daerah tepi utara Cina yang beriklim tropis.
BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Di Bursa Malaysia Naik, Menyusul Menguatnya Ekspor
Penanaman benih sawit yang berasal dari wilayah Asia Tenggara ini, telah dikembangkan sekelompok orang dalam skala perkebunan kecil dan masih terus dilakukan. Sebab itu, pemerintah Cina telah mengalokasikan dana sebesar 100 juta yuan untuk mengimpor bibit kelapa sawit dan akan menanamnya di daerah-daerah yang beriklim tropis, dengan target luas lahan mencapai 1,3 juta hektar.
Apabila perkebunan kelapa sawit berhasil dibangun Cina, dengan rata-rata hasil produksi mencapai 4 ton/hektar/tahun, maka Cina akan mampu menghasilkan produksi sebesar 5,2 juta ton CPO di masa depan. Alhasil, keberadaan Cina sebagai importir terbesar CPO dan produk turunannya, akan terus mengalami penurunan. Kendati di tahun 2021 lalu, penurunan volume ekspor juga sangat kuat dipengaruhi harga jual minyak sawit yang tinggi.
BACA JUGA: Harga CPO di KPBN 22 November 2022 Naik Rp 315/kg
Turunnya permintaan pasar ekspor, secara signifikan akan menjadi sinyal kuat penurunan harga jual CPO. Sebab itu, dibutuhkan regulasi pemerintah yang mengatur secara holistik. Tidak sekedar memperkuat sebagian industri saja, tetapi harus memperkuat industri minyak sawit dari hulu hingga hilir. (*)
Editorial Majalah InfoSAWIT Edisi April 2022