InfoSAWIT, JAKARTA – Keberadaan masyarakat di daerah pelosok, yang hidup dalam kesulitan ekonomi, mengalami pertumbuhan signifikan dari pembangunan perkebunan kelapa sawit di daerahnya. Tumbuhnya pohon kelapa sawit hingga menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi satu-satunya harapan bagi masyarakat guna menumbuhkan ekonomi hidupnya.
Sejarah program transmigrasi di Indonesia pernah menjanjikan cara untuk membuka keterisolasian daerah terpencil dengan mendorong pertanian hortikultura. Namun, program berbasis hortikultura ini sering menghadapi hambatan besar, terutama dalam menjual hasil panen.
Sementara itu, di beberapa wilayah lain, upaya transmigrasi yang mengandalkan tanaman semusim seperti karet, kelapa, kakao, kopi, dan kelapa sawit, justru mengalami pertumbuhan lebih pesat. Namun, di antara komoditas ini, hanya perkebunan kelapa sawit yang menunjukkan daya tahan luar biasa dan terus berkembang meski menghadapi berbagai tantangan.
BACA JUGA: 30 Penerima Beasiswa SDM Sawit Politeknik Aceh Disertifikasi di Bidang Pengelasan
Teori ekonomi, dari pemikiran dasar Adam Smith hingga pandangan Michael Porter, menyarankan bahwa keberlanjutan industri perkebunan harus mendorong penciptaan nilai yang berkesinambungan.
Daya saing suatu komoditas berasal dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang membutuhkan evolusi terus-menerus agar dapat bersaing baik di pasar domestik maupun internasional. Pemikiran ini menegaskan daya tahan industri kelapa sawit Indonesia, yang telah diterima secara luas di pasar global dan domestik berkat posisinya yang kuat.
Penerimaan pasar terhadap minyak sawit di dunia dan Indonesia didorong oleh keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya. Sebagai bagian dari industri minyak nabati dunia, minyak sawit berperan sebagai alternatif yang serbaguna, memenuhi berbagai kebutuhan di sektor pangan, kosmetik, hingga bahan bakar nabati.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Masih Lesu Pada Rabu (11/12), Demikian Pula Harga CPO di Bursa Malaysia
Di Indonesia saja, menurut data Kementerian Pertanian tahun 2023, luas tutupan lahan perkebunan kelapa sawit mencakup 16,38 juta hektare, di mana 42% lahan tersebut atau sekitar 6,87 juta hektar dimiliki petani kelapa sawit.