Mendorong Tumbuhnya Industri Hilir, Bagi Petani Sawit Rakyat Berkelanjutan

oleh -3433 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Ilustrasi pabrik kelapa sawit. Foto: Sawit Fest 2021/ Jefri Tarigan

InfoSAWT, JAKARTA – Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit nasional, telah menjadi bagian dari soko guru ekonomi bangsa. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit yang tinggi, telah mendorong produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia sebagai minyak nabati terbesar dunia. Industri hilir CPO harus didorong terus bertumbuh, sejalan kebutuhan petani kelapa sawit yang kian bertambah produksinya.

Hasil perkebunan kelapa sawit yang terus menggunung, telah menghasilkan pertumbuhan produksi CPO setiap tahunnya. Pertumbuhan produksi CPO rata-rata pertahun, biasanya  berkisar 5% hingga 11%. Menurut data Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) keberadaan produksi CPO Indonesia kini mengalami stagnasi pertumbuhan dibawah 10% per tahun.


Menurut GAPKI, produksi CPO pada tahun 2023 silam mencapai 50,07 juta ton, dimana mengalami pertumbuhan sebesar 7,15% dari tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tahun 2023 dipicu dari kenaikan harga jual CPO yang mendorong adanya pembenihan bibit unggul dan perluasan areal tanaman kebun kelapa sawit.

BACA JUGA: Dongkrak Kapasitas Petani Sawit, BPDPKS, Ditjenbun dan IPB Training Gelar Pelatihan di Kalsel

Sejalan pertumbuhan produksi CPO, juga diikuti dengan pertumbuhan konsumsi dalam negeri hingga sebesar 23,13 juta ton pada tahun 2023 silam. Salah satu pendorong tumbuhnya konsumsi domestik, berasal dari konsumsi biodiesel yang sejalan dengan mandatori B35, sehingga melampaui konsumsi untuk kebutuhan minyak makanan di dalam negeri. Hingga akhir tahun 2023 silam, stok akhir CPO diperkirakan masih cukup stabil mencapai 3,14 juta ton.

Kendati produksi CPO bertumbuh di Indonesia, namun keberadaan harga jual CPO yang cenderung stagnan, juga menggerus nilai ekspor Indonesia. Jika Tahun 2022 silam, nilai ekspor CPO dan produk turunannya, mampu mencapai US$ 39,07 miliar, maka pada Tahun 2023, nilai ekspor hanya mampu mencapai US$ 30,32 miliar. Penyebab utamanya, berasal dari turunnya harga jual CPO di pasar global.

Turunnya harga jual CPO, juga berasal dari turunnya permintaan pasar ekspor akan kebutuhan minyak nabati. Kondisi pasar global, yang masih serba tak menentu, juga memicu adanya persaingan harga jual minyak nabati lainnya, termasuk minyak sawit. Alhasil, keberadaan harga jual CPO cenderung mengalami stagnasi berkepanjangan.

BACA JUGA: Memetakan Kebun Petani Sawit untuk Penghidupan Berkelanjutan

Kondisi ini, diperparah dengan turunnya nilai tukar Dolar Amerika Serikat, pasalnya  Tahun 2022 silam harga tukar rata-rata 1 US$ sebesar Rp. 15.731. Dibandingkan Tahun 2023 lalu, nilai tukar rata-rata 1 US$ hanya sebesar Rp. 15.416. Turunnya nilai tukar rata-rata Dolar Amerika Serikat ini, turut memperparah kondisi bisnis minyak sawit Indonesia.

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com