InfoSAWIT, JAKARTA Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia, memiliki kemampuan besar dalam mengelola pasokan ke pasar minyak nabati global termasuk pasar domestik Indonesia. Keberadaan pasokan CPO ke pasar domestik seperti minyak goreng sawit, difokuskan kepada minyak kita yang diatur melalui Pasokan Domestic Market Obligation (DMO) dengan mekanisme distribusi melalui Public Service Obligation (PSO).
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO dan Minyak Kernel Sawit (PKO) Tahun 2024 silam mencapai 52,76 juta ton, dengan rincian produksi CPO sebesar 48,16 juta ton dan produksi PKO sebesar 4,60 juta ton. Kondisi produksi CPO dan PKO hingga Desember 2024 ini, lebih rencah 3,80 persen dibandingkan Tahun 2023 silam yang mencapai 54,84 juta ton.
Merujuk kepada data GAPKI, keberadaan produksi minyak sawit yang menurun ini, menjadi penyebab utama turunnya ekspor CPO dan produk turunannya. Hampir semua besaran ekspor mengalami penurunan kecuali beberapa produk oleokimia yang masih mengalami peningkatan. Di sisi lain, turunnya laju ekspor berimbas kepada kenaikan harga jual rata-rata dari sisi Freight on Board (FOB) harga produknya.
BACA JUGA: Penegakan Aturan Hutan vs Stabilitas Kredit, Sektor Sawit Jadi Titik Rawan Perbankan
Namun, secara penerimaan devisa negara, Tahun 2024 mengalami penurunan hasil ekspor CPO dan produk turunannya hingga Rp 23 Triliun. Besaran angka penurunan hasil ekspor ini, secara otomatis juga cenderung meningkatkan porsi pasar domestik. Terutama bagi konsumsi minyak goreng sawit dan memenuhi program biodiesel B35 nasional.
Bagi program biodiesel nasional sendiri, pada Tahun 2025 ini, menurut GAPKI akan berlanjut hingga program biodiesel B40, dengan perkiraan konsumsi CPO mencapai 13,6 juta ton, sedangkan konsumsi total bakal mencapai 26,1 juta ton. Artinya, akan ada suplai bagi minyak goreng sawit dan produk turunan lainnya sebesar 12,42 juta ton.
Merujuk pada data Badang Pangan Nasional (Bapanas), pada 2023 silam, kebutuhan rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi minyak goreng sawit sebesar 9,56 kg/kapita/tahun. Besaran konsumsi ini, meningkat sebesar 0,9 persen bila dibandingkan data setahun sebelumnya.
Sedangkan pada Tahun 2024 silam, menurut data GAPKI, kebutuhan konsumsi minyak goreng sawit mengalami dinamika berbeda. Tercatat kebutuhan konsumsi minyak makan per November silam, mencapai 9,244 juta ton. Dibandingkan Tahun 2023 silam, tercatat mengalami penurunan sebesar 2,76 persen.
Bagaimana kondisi pasar minyak goreng sawit nasional?
Berdasarkan penelusuran redaksi InfoSAWIT, keberadaan pasokan minyak goreng sawit di berbagai pasar tradisional dan retail modern, tidak mengalami sumbatan pasokan. Hampir di semua pasar yang terpantau redaksi, memiliki pasokan mencukupi untuk kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan ini. Namun, kecukupan pasokan minyak goreng sawit kali ini, juga menimbulkan persoalan baru di harga jual dan adanya temuan pelanggaran hukum baru.