InfoSAWIT, MAKASSAR — Upaya mendorong hilirisasi industri sawit kini menyasar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sulawesi Selatan. Sebuah lokakarya yang digelar di Makassar membuktikan bahwa produk inovatif seperti cokelat berbahan dasar minyak kelapa sawit bukan hanya mungkin diwujudkan, tapi juga bisa menjadi pintu masuk baru menuju pasar global.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim (BBSPJIHPMM) Makassar, sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan APKASINDO Perjuangan, menggelar pelatihan bertajuk “Inovasi Produk Hilir Sawit: Cokelat Sawit untuk UMKM” pada 22–24 April 2025.
Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta dari kalangan masyarakat dan pelaku UMKM, dengan fokus pada pengolahan minyak sawit menjadi produk cokelat bernilai tambah tinggi. Kepala BBSPJIHPMM Makassar, Shinta Virdhian, menyebut kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam mendorong daya saing UMKM sawit di pasar domestik dan internasional.
BACA JUGA: Keberadaan Minyak Goreng Kita Jadi Parameter Suplai CPO Nasional?
“Melalui pendekatan teknologi dan pelatihan praktis, kami ingin membuktikan bahwa hilirisasi sawit bukan hanya milik industri besar, tetapi juga bisa menjadi ladang pertumbuhan bagi UMKM,” ujar Shinta dalam keterangan resmi ditulis InfoSAWIT, Senin (5/5/2025).
Sulawesi Selatan sendiri memiliki potensi besar sebagai salah satu lumbung sawit Indonesia Timur. Dengan total luas kebun sawit mencapai 44.014 hektare dan produksi CPO sebesar 112.377 ton (BPS, 2024), wilayah ini dinilai strategis untuk dikembangkan sebagai pusat industri hilir sawit yang inklusif dan berkelanjutan.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menyatakan, “Transformasi industri sawit tidak hanya soal ekspor CPO, tetapi bagaimana kita menggerakkan ekonomi lokal melalui diversifikasi produk dan keterlibatan UMKM.”
BACA JUGA: Impian Sembilan Marga di Ulilin, Papua Selatan Terwujud, Kebun Sawit Plasma itu Seluas 4.600 Hektar
Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS, Anwar Saddat, menambahkan bahwa pelatihan ini juga menjadi bentuk nyata pemanfaatan dana sawit untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Kami ingin UMKM mendapat akses pelatihan yang aplikatif agar bisa menciptakan produk sawit yang inovatif dan berkelanjutan,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Sekjen APKASINDO Perjuangan, A. Sulaiman H Andi Loeloe, yang mengapresiasi sinergi antarlembaga dalam mengangkat potensi sawit rakyat. Menurutnya, produk cokelat dari minyak sawit bisa menjadi solusi kreatif untuk meningkatkan nilai ekonomi petani sawit.
Langkah ini mempertegas visi Kemenperin dalam memperluas dampak hilirisasi industri sawit tidak hanya untuk meningkatkan nilai ekspor, tapi juga sebagai jalan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan IKM, dan perluasan pasar produk lokal.
Dengan pelatihan seperti ini, UMKM Sulsel mendapat kesempatan untuk tidak hanya naik kelas, tetapi juga menginspirasi kawasan lain di Indonesia Timur dalam mengembangkan produk sawit yang unik dan berdaya saing global. (T2)