Harga CPO Makin Turun, Harga TBS Petani Juga Anjlok

oleh -5733 Dilihat
Penulis: Ignatius Ery Kurniawan
Editor: Ignatius Ery Kurniawan
infosawit
Dok.Sawit Fest 2021/Miftahurrohman

Sebaliknya, para LSM sosial dan lingkungan Uni Eropa mendorong penggunaan label produk yang berisi anti minyak sawit (no palm oil ingredient) yang dianggap sebagai suatu dukungan akan kelestarian hutan dan menjaga satwa liar. Berbagai isu negatif hingga isu hitam mengenai minyak sawit dan produk turunannya, memang sangat gencar dilakukan masyarakat Uni Eropa.

Anehnya, kendati suara LSM anti minyak sawit banyak disuarakan, namun permintaan pasar Uni Eropa setiap tahunnya selalu meningkat. Artinya, menolak penggunaan minyak sawit bukanlah menjadi solusi bagi masyarakat Uni Eropa yang sedang dilanda krisis ekonomi global. Pasalnya, minyak sawit sebagai minyak makanan paling sehat dan efisien guna dikonsumsi masyarakat global.


Kendati sulit, namun pasar Uni Eropa menjadi peluang besar dan menjanjikan bagi pasar ekspor CPO dan produk turunannya. Dengan keunggulan utama minyak sawit sebagai produk sehat dan efisien, maka secara perlahan, minyak sawit mulai menjadi primadona minyak nabati yang dikonsumsi masyarakat Uni Eropa dewasa ini.

BACA JUGA: Minyak Sawit Jadi Tren Global

Minyak Sawit berkelanjutan yang dihasilkan berbasis Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang secara mandatori dilakukan para pebisnis minyak sawit di Indonesia, juga bisa menjadi pintu masuk dan peluang meningkatnya pasar ekspor Uni Eropa. Lantaran, bisnis minyak sawit hanya mengenal supply dan demand guna menjaga keberlangsungan bisnisnya di masa depan.     

 

Harga CPO Melandai.

Pertumbuhan produksi CPO Indonesia yang selalu meningkat setiap tahunnya, juga membutuhkan adanya pasar baru bagi CPO dan produk turunannya. Keberadaan CPO yang kian meningkat, menjadi peluang bagi Indonesia guna menumbuhkan industri hilirnya. Namun, keberadaan industri hilir harus mendorong penguatan industri hulunya.

Pola hilirisasi yang menguatkan industri hulu, sudah banyak dikembangkan negara Malaysia. Lantaran, pola pembangunan industri minyak sawit mengacu kepada pertumbuhan industri hilir global yang banyak dimiliki negara-negara maju. Dengan saling menopang, maka kerjasama industri hilir menjadi kekuatan besar dalam mendorong laju pertumbuhan industri hulu atau perkebunan kelapa sawit.

BACA JUGA: Harga CPO Melonjak, Siapa Yang Untung?

Namun, pengembangan industri minyak sawit di Indonesia malah melemahkan daya saing industri hulunya. Lantaran sejak awal Desember, harga CPO terbebani pajak BK dan PE sebesarUS$ 118 per ton. Besarnya beban yang harus ditanggung industri hulu terus turun kebawah, hingga mendistorsi harga jual tandan buah segar (TBS) hasil panen petani kelapa sawit.

Gambaran akan turunnya harga jual CPO baru-baru ini, juga bisa dilihat dari hasil tender Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), yang mengalami penurunan harga dari Rp. 12.375 per kg menjadi Rp. 11.627 per kg, selain turun karena mengikuti harga jual CPO global, juga diakibatkan adanya beban Pajak BK dan PE yang baru diterapkan kembali oleh pemerintah. 

Akibatnya, ketika harga CPO turun, maka harga jual TBS petani kelapa sawit juga ikut terjungkal. Lantaran adanya beban yang berada dalam rantai perdagangan diturunkan hingga ke level terendah yaitu petani kelapa sawit. Sebab itu, waspadalah… waspadalah!!!

Penulis: Ignatius Ery Kurniawan/Pimred InfoSAWIT

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com