InfoSAWIT, JAKARTA – Globalisasi, menjadi isu menarik yang tak pernah habis untuk dibicarakan. menariknya isu globalisasi, menjadikan informasi gaya hidup hingga suatu produk mendapatkan tempat di hati konsumen. ya, tentunya, konsumen yang tertarik, bukan lagi sekedar sekelompok di satu daerah, melainkan konsumen dari berbagai negara di seluruh dunia.
Era globalisasi, telah menjadi suatu fenomena tersendiri bagi peradaban manusia yang kian bertumbuh populasinya menyesaki planet bumi. Sebagai contoh, dahulu bila ingin pergi lama ke luar negeri, sulit menjelaskan kondisi perpisahan dengan keluarga yang akan berpisah dalam waktu yang lama. Kini, era globalisasi telah menghadirkan alat komunikasi canggih kedalam genggaman tangan.
Bisa telepon kapanpun disertai gambar video yang realtime, tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, melalui jaringan internet yang mudah didapat dengan gratis. Ber Sifie ria, kata anak muda jaman sekarang, juga menjadi bagian dari pertumbuhan gaya hidup yang terus bergerak di era globalisasi dewasa ini.
BACA JUGA: Konsumen Uni Eropa Bisa Membeli Minyak Sawit Berkelanjutan
Bahkan, popularitas seorang artis di suatu negara, juga dapat diikuti dengan baik di negara lainnya. Seperti keberadaan artis-artis K-Pop yang kemudian melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia yang turut mempromosikan keberadaannya. Semua itu, merupakan faktor positif yang dapat menjadi pembelajaran hidup dari tumbuhnya era globalisasi.
Globalisasi yang dapat diartikan menjadi global, sejatinya tak hanya dinikmati pelaku ekonomi di luar negeri. Indonesia juga banyak menikmati keuntungan besar dari adanya era globalisasi. Kendati, seringkali lupa akan banyaknya keuntungan ekonomi yang sudah dinikmati.
Sejak jaman penjajahan, produk-produk asal Indonesia seperti rempah-rempah, sudah melanglang dunia, menjadi produk unggulan yang banyak diminati negara-negara di dunia. Keberadaan rempah-rempah itu pula, yang kemudian menjadi daya tarik bagi pebisnis negara lain, untuk melakukan penjajahan guna menghasilkan keuntungan berlipat ganda bagi bisnisnya.
Jaman kemerdekaan hingga dewasa ini, era globalisasi juga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya berasal dari pesatnya pertumbuhan pasar manca negara akan minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
BACA JUGA: Pasar Ekspor Minyak Nabati Bergeliat: Hati-hati Terjadi Turunnya Permintaan Minyak Sawit
Selama lebih dari 100 tahun lamanya, keberadaan soybean oil (minyak kacang kedelai) telah merajai percaturan minyak nabati global. Alhasil, berbagai pertumbuhan industri minyak nabati, juga selalu mengacu kepada nilai lebih dari berbagai potensi yang berasal dari minyak kacang kedelai. Berbagai literatur, terutama bidang kesehatan hingga dewasa ini, masih merujuk kepada kehebatan minyak kacang kedelai.
Namun era globalisasi, juga telah menyatakan keberadaan raja minyak nabati baru yaitu CPO. Sejak tahun 2006 lalu, keberadaan minyak kacang kedelai yang tak pernah tergoyahkan, harus tumbang di salip keberadaan CPO yang terus membesar. Bersamaan dengan itu, produksi terbesar yang dihasilkan Indonesia, juga menobatkannya menjadi raja produsen CPO di dunia.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Murah, Masih Terkena Pajak Ekspor
Tentu saja, banyak pihak yang terkejut. Lantaran hingga 2005 silam atau setahun sebelumnya, negara produsen terbesar CPO masih dimiliki Malaysia. Namun, hanya dalam waktu relatif singkat, Indonesia mampu mengungguli negara-negara produsen minyak nabati di seluruh dunia, sehingga menjadi negara produsen terbesar CPO sekaligus sebagai negara produsen minyak nabati terbesar di dunia.