InfoSAWIT, JAKARTA – Oleokimia dan oleofood adalah produk turunan yang berasal dari minyak nabati, merupakan produk antara yang digunakan sebagai bahan baku industry termasuk untuk pembuatan produk-produk kesehatan dan industri makanan. Salah satu produk oleokimia dari minyak inti sawit yang menarik adalah produk Medium Chain Triglyceride (MCT).
MCT merupakan kelompok lemak unik yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon C6-C12 yang bersifat jenuh, yaitu Asam Kaprilat (C8;50-80%), Asam Kaprat (C10;20-50%), Asam Kaproat (C6;1-2%), dan Asam Laurat (C12;1-2%). MCT dapat diproduksi dari minyak inti kelapa sawit atau minyak kelapa (KNO atau CNO), diperoleh melalui proses diantaranya esterifikasi gliserol dengan asam lemak yang mempunyai rantai karbon C6:0 sampai C12:0. Asam lemak dalam MCT lebih pendek daripada asam lemak C16 dan C18 yang banyak ditemukan serta mendominasi dalam minyak Long Chain Triglyceride (LCT) konvensional. MCTmempunyai sifat fisik yang unik, seperti MCT lebih polar daripada LCT, sehingga MCT lebihmudah larut di dalam air.
Apabila sifat kelarutannya dibandingkan secara langsung antara asamlemak dengan rantai karbon C8:0 hampir 100 kali lebih mudah larut dalam air daripada asamlemak dengan rantai karbon C16:0. MCT di dalam air dapat membentuk suatu emulsi yang stabil pada berat 0,01%, sementara LCT tidak larut dalam air (Heydinger, 1999).
Industri produk MCT sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia mengingat ketersediaan bahan baku minyak inti sawit yang melimpah. Sumber minyak inti sawit di Indonesia yang sangat menjanjikan membuat keberlangsungan industri ini cukup terjamin karena Indonesia merupakan produsen minyak inti sawit (PKO) terbesar pertama di dunia.
Selain itu, industri ini juga dapat dibangun dalam berbagai skala, mulai dari skala kecil hingga skala besar. Total produksi minyak inti sawit Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 3,78 juta metrik ton, sedangkan untuk konsumsi domestik mencapai 2,15 juta ton (www.indexmundi.com, 2016). Selain itu harga minyak inti sawit yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan minyak kelapa, yakni untuk PKO bulan Desember 2015 sebesar Rp 11.707,-/kg, sedangkan harga minyak kelapa pada bulan Desember 2015 sebesar Rp 15.932,-/kg (www.indexmundi.com, 2016).
Posisi produk MCT dari minyak inti sawit bagi Indonesia dapat menjadi industri yang kompetitif dengan ketersediaan melimpah sumber medium chain fatty acid dan harga KNO yang lebih murah dari CNO. Terlebih untuk bahan baku, industry oleokimia Indonesia telah menjadi pemain utama dunia yang mampu menyediakan medium chain fatty acid dan glycerol.
BACA JUGA: Indonesia Usulkan 5in1 Developing Smallholders Palm Oil Sustainable di ADP
Prospek industry MCT tumbuh dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan yang pada akhirnya akan mendorong konsumsi produk tersebut. Prospek produk MCT dari minyak inti sawit tersebut karena keunikan produknya dalam berbagai penggunaan baik untuk industri pangan maupun industri farmasi serta sebagai diversifikasi produk hilir dari turunan minyak sawit.
Produk MCT telah digunakan sebagai sumber gizi yang sehat untuk dikonsumsi pasien pengidap HIV, kanker, gagal pencernaan, liver, pasien bayi yang lahir secara prematur maupun bagi seseorang yang dalam proses penyembuhan dari pembedahan, serta dapat juga digunakan untuk orang yang memiliki permasalahan alergi terhadap bahan makanan tertentu. MCT semakin banyak memperoleh perhatian dari para formulator pangan karena sifat uniknya dalam proses metabolisme tubuh dan sifat fisiknya.
Penulis: Wiwik/ Pusat Tekonologi Agroindustri – BPPT