InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Minyak sawit mentah (CPO) yang diperdagangkan pada Bursa Berjangka Malaysia di Jumat (19/5/2023) tercatat lebih tinggi, menyusul adanya pembelian oleh China.
Dilansir Reuters, harga kontrak patokan minyak sawit untuk pengiriman Agustus 2023 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik RM 88, atau terdapat kenaikan sekitar 2,59%, menjadi RM 3.480 (US$ 784,67) per ton, setelah merosot empat hari sebelumnya. Selama semiinggu lalu, harga kontrak minyak sawit melorot 4,6%.
Meningkatnya harga minyak sawit mengikuti melonjaknya harga minyak kedelai berjangka Chicago dan adanya pembelian China minggu ini, kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.
BACA JUGA: Bekerjasama Dengan BPDPKS, Kemenperin Buka Beasiswa di PTKI Medan dan ATI Padang
“Persediaan minyak sawit berkurang di China dan India, sementara margin impor dibuka untuk olein olahan sawit di China dan minyak sawit mentah di India setelah harga menurun dari sebelumnya mencapai harga tertinggi,” katanya dilansir brecorder.com.
Kenaikan harga itu didukung faktor lainnya, yakni menurunnya nilai mata uang ringgit sekitar 0,04% terhadap dolar, membuat minyak sawit lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing.
Malaysia mempertahankan pajak ekspor bulan Juni untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menaikkan harga rujukannya, sebuah surat edaran di situs Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan pada Kamis (18/5/2023).
BACA JUGA: Bertemu Presiden Komisi Uni Eropa, Jokowi Sampaikan Keberatan Regulasi Deforestasi UE
Pajak ekspor yang lebih tinggi di Malaysia membuat produk minyak sawitnya kalah bersaing dengan saingannya yang lebih besar, Indonesia, yang menurunkan pajak ekspor yang harus dibayar untuk periode 16-31 Mei.
Kontrak minyak kedelai teraktif di Bursa Berjangka Dalian dan kontrak minyak sawit keduanya naik 0,5%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 1,2%. (T2)