InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Kementerian Perkebunan dan Komoditas Malaysia telah mengambil langkah besar menuju keberlanjutan dengan menginvestasikan hampir RM10 juta dalam sistem penelusuran rantai pasok industri minyak sawitnya.
Sistem ini akan mengawasi seluruh rantai pasokan bagi 500.000 petani kecil di negara tersebut, memastikan bahwa Malaysia tetap memenuhi tuntutan ketat Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Sistem baru ini, yang rencananya akan diluncurkan oleh Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim pada 8 November mendatang, bertujuan untuk memberikan dukungan khusus kepada petani kecil dan perkebunan. Sebelumnya, kebanyakan petani kelapa sawit tidak melakukan pencatatan pertanian dengan konsisten dan akurat. Tanpa data yang akurat ini, sulit untuk memberikan layanan penyuluhan yang efektif mengenai produksi petani dalam hubungannya dengan biaya dan keuntungan.
BACA JUGA: Uji Terbang Komersial Garuda Indonesia Dukung Pencapaian target Net Zero Emission
Direktur Jenderal Malaysian palm Oil Board (MPOB), Datuk Ahmad Parveez Ghulam Kadir menjelaskan, bahwa sistem baru ini tidak hanya akan mencatat transaksi Tandan Buah Segar (TBS) sawit oleh petani kecil yang menggunakan pedagang sebagai perantara, tetapi juga akan melibatkan seluruh rantai pasokan. Mulai dari perkebunan hingga ke kilang, pabrik, dealer, dan bahkan petani kecil perorangan, setiap tahap produksi akan dapat dilacak dengan teliti.
Salah satu tantangan besar adalah memastikan kepatuhan terhadap Standar Sertifikasi Rantai Pasokan Minyak Sawit Berkelanjutan (MSPO) Malaysia terbaru 2022, yang mencakup persyaratan EUDR. Persyaratan ini menuntut para pelaku produk kelapa sawit untuk membuktikan bahwa mereka tidak berkontribusi terhadap deforestasi atau degradasi hutan. Untuk memenuhi persyaratan ini, MPOB (Malaysian Palm Oil Board) telah memulai upaya pemetaan lokasi pertanian yang cermat bagi petani sawit kecil. Langkah ini tidak hanya memastikan ketertelusuran produk, tetapi juga memberikan solusi kepatuhan yang hemat biaya.
Ahmad Parveez menekankan pentingnya upaya ini, terutama mengingat risiko yang dihadapi oleh Malaysia dalam perdagangan minyak sawit dengan Uni Eropa. Dengan merinci bahwa produk dari negara-negara berisiko tinggi mungkin harus melewati uji tuntas sebanyak sembilan persen, sementara produk dari negara berisiko rendah hanya perlu uji sebanyak satu persen, dia menyoroti betapa pentingnya memastikan bahwa Malaysia tetap di kategori risiko rendah.
BACA JUGA: Berikut Hasil Uji terbang Komersial Bioavtur dari Soekarno-Hatta ke Bandara Adi Soemarno,
Dalam menghadapi kompleksitas industri kelapa sawit Malaysia yang melibatkan ribuan perkebunan dan ratusan ribu petani kecil, langkah-langkah proaktif ini bukanlah tugas yang mudah. Dengan jumlah staf yang terbatas dan jaringan petani kecil yang luas yang berjumlah sekitar 250.000 orang, upaya ini bukannya tanpa tantangan.