InfoSAWIT, JAKARTA – Chairman of the Singapore Institute of International Affairs, Simon SC Tay, menyatakan bahwa isu-isu ini tetap menjadi perhatian utama bagi semua pihak yang terlibat dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Namun, ia menegaskan bahwa selama dua dekade terakhir, seluruh perusahaan anggota RSPO telah berkomitmen untuk mencapai triple bottom line (ESG) dan telah membuat kemajuan yang signifikan.
Simon menuturkan pandangannya saat berbicara pada sesi Roundtable Meeting RSPO (RT2023) dengan tema “Shaping The Next 20: Synergising Policies and Strategies for Sustainable Palm Oil” yang diadakan di Jakarta pada akhir November 2023. Meskipun kemajuan telah dicapai, Simon mengakui bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam perjalanan menuju kelapa sawit berkelanjutan.
Sementara, Group Managing Director di Sime Darby Plantation Berhad, Datuk Mohamad Helmy Othman Basha, menyampaikan pandangan serupa. Ia menyoroti fakta bahwa meskipun istilah “sawit berkelanjutan” seringkali diucapkan, masih sedikit orang yang benar-benar menerapkan dan menerima konsep tersebut. Keberlanjutan menjadi sangat penting, terutama di tengah ketidakpastian global saat ini.
BACA JUGA:
Datuk Mohamad Helmy menekankan bahwa dunia membutuhkan lebih banyak minyak sawit berkelanjutan daripada sebelumnya. Menurutnya, minyak sawit mematuhi kriteria keberlanjutan paling ketat dalam standarnya di antara sektor minyak nabati lainnya.
Dengan kebijakan keberlanjutan yang kuat, ia berharap agar industri kelapa sawit bisa menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan keberlanjutan selama 20 hingga 40 tahun ke depan. (T2)