InfoSAWIT, BOGOR – Penggunaan Analitika bisnis dalam memperkuat daya saing Industri kelapa sawit, dapat diterapkan melalui 7 (Tujuh) langkah strategis. Jika hasil Analitika bisnis diterapkan, akan membantu para pemangku kepentingan termasuk Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan Industri kelapa sawit yang tetap berdaya saing dan berkelanjutan di masa depan.
Menurut Guru Besar Sekolah Bisnis IPB University, Prof Arif Imam Suroso, daya saing Industri kelapa sawit nasional membutuhkan penerapan beberapa langkah strategis yang dihasilkan melalui berbagai riset menggunakan pendekatan Analitika bisnis. Dalam Orasi Ilmiah Guru Besar SB IPB, Prof Arif menjelaskan berbagai upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan daya saing Industri kelapa sawit berkelanjutan.
Menurutnya, kesinambungan akan berbagai program kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan, guna mendorong para pemangku kepentingan lainnya dalam membangun Industri kelapa sawit berkelanjutan. Sebab itu, keberadaan berbagai hasil penelitian dengan pendekatan Analitika bisnis sangat relevan digunakan secara penuh guna meningkatkan daya saing Industri kelapa sawit di dunia.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Periode 8-14 Mei 2024 Naik Tipis, Cenderung Stagnan..
“Tujuh langkah yang dihasilkan melalui berbagai riset Analitika bisnis diusulkan agar dapat membantu meningkatkan daya saing Industri kelapa sawit yang kompetitif,” kata Prof Arif menjelaskan ditulis InfoSAWIT, Jumat (10/5/2024).
Tujuh (7) langkah yang perlu dilakukan, menurut Prof Arif pada orasi ilmiah yang beberapa waktu lalu adalah:
Pertama, implementasi pada kebijakan moratorium kelapa sawit. Hasil penelitian dari Maesaroh et al (2018), menunjukkan bahwa implementasi moratorium telah meningkatkan praktik budidaya berkelanjutan di Indonesia. Pada implementasinya, Suroso et al. (2020), menekankan bahwa Industri kelapa sawit perlu menerapkan perbaikan pada beberapa aspek seperti genetika tanaman, legalitas lahan, dan upaya penegakan hukum. Lantaran, pemberlakuan moratorium izin lahan baru, secara nyata mendorong adanya peremajaan tanaman kelapa sawit, guna meningkatkan produktivitas.
BACA JUGA: Pemerintah Malaysia Gerebek Toko Serba Ada yang Jual Es Krim Berlabel “No Palm Oil”
Kedua, menciptakan atmosfer Industri berkelanjutan dalam perkebunan kelapa sawit. Langkah ini dilakukan guna memastikan kepatuhan akan prinsip dan kriteria berkelanjutan. Dimana hasil penelitian oleh Suroso et al. (2021) menjelaskan sebanyak 53,03 persen, menempatkan ekonomi sebagai landasan utama dalam pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan. Sedangkan sosial sebesar 23,57 persen dan lingkungan sebesar 23,19 persen. Hasil penelitian ini juga menegaskan pentingnya ekonomi yang dihasilkan, guna memenuhi tujuan sosial dan lingkungan dari Industri kelapa sawit berkelanjutan.
Ketiga, Pengaplikasian teknologi informasi yang melibatkan petani kelapa sawit dalam proses sertifikasi berkelanjutan. Langkah ini membutuhkan penerapan teknologi informasi bagi petani kelapa sawit guna mendorong percepatan sertifikasi berkelanjutan. Penggunaan teknologi informasi berbasis internet, dibutuhkan petani guna mendapatkan nilai tambah dari praktik budidaya yang dilakukannya. Sehingga, petani kelapa sawit dapat terlihat langsung dalam mengembangkan Industri kelapa sawit berkelanjutan.