InfoSAWIT, JAKARTA – Pakar biodiesel dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tatang Hernas Soerawidjaja, mengungkapkan potensi besar Indonesia dalam pengembangan minyak nabati, utamanya bersumber dari kelapa sawit.
Termasuk bahwa, minyak sawit memiliki keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh, menjadi keutamaan minyak sawit, serta penggunaan teknologi dalam pengolahan minyak sawit.
Indonesia, sebagai pemimpin dunia dalam produksi minyak sawit, memiliki kesempatan besar untuk memajukan industri minyak nabati. Namun, Tatang Hernas menekankan perlunya kemajuan teknologi untuk mengoptimalkan potensi ini.
BACA JUGA: Papua Barat Target Hilirisasi Kelapa Sawit, Langkah Strategis Menuju Kemandirian Pangan
Kata Tatang, kesadaran dunia akan pentingnya asam lemak sebagai alternatif untuk minyak bumi dalam industri bahan bakar, serta potensi bahan bakar nabati dari pohon lain seperti biji karet.
Ia menyimpulkan bahwa dengan pemanfaatan potensi dari sawit dan sumber minyak nabati lainnya, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemimpin dalam produksi sumber energi berbasis minyak nabati sebagai subtitusi untuk minyak bumi.
Mengatasi Kenaikan Oil Losses tanpa Miko
Sementara, Konsultan Kelapa Sawit, Bonar Saragih mengungkapkan, saat ini industri pengolahan utamanya di pabrik kelapa sawit menghadapi tantangan yang kompleks dalam upaya meningkatkan Oil Extraction Rate (OER). Meskipun tidak mudah juga untuk membicarakan tentang munculnya oil losses, Bonar Saragih mengungkapkan bahwa hal itu tampak simpel namun sulit dilaksanakan.
BACA JUGA: Sertifikasi Skala Yurisdiksi untuk ISPO Dianggap Lebih Berbiaya Murah Bagi Petani Sawit
Tercatat 70 persen dari pendapatan pabrik berasal dari produksi minyak, lantas pendapatan lain bisa dari cangkang hanya saja angkanya tidak banyak. Kata Bonar, rata-rata oil losses yang terjadi berkisar antara 1,3 hingga 1,7 persen.