InfoSAWIT, JAKARTA – Industri kelapa sawit Indonesia menghadapi dinamika yang menarik pada Juni 2024. Meskipun produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) mengalami penurunan, ekspor justru mencatat lonjakan signifikan.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, mengungkapkan bahwa produksi CPO pada Juni 2024 mencapai 3,691 juta ton, turun 5% dari produksi bulan Mei yang mencapai 3,885 juta ton.
“Penurunan serupa terjadi pada produksi PKO, yang turun dari 368 ribu ton pada Mei menjadi 354 ribu ton pada Juni. Secara kumulatif, produksi sepanjang tahun 2024 hingga Juni tercatat 4,07% lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2023,” katanya dalam keterangan resmi diterimma InfoSAWIT, Rabu (28/8/2024).
BACA JUGA: Harga Jagung Naik Tipis Tapi Masih Terendah dalam Empat Tahun, Harga CPO Melorot
Di sisi lain, konsumsi dalam negeri tercatat relatif stabil. Total konsumsi domestik turun tipis, dari 1,943 juta ton pada Mei menjadi 1,940 juta ton pada Juni 2024. Konsumsi untuk keperluan pangan naik sedikit sebesar 1 ribu ton, sementara untuk oleokimia naik 5 ribu ton. Namun, konsumsi untuk biodiesel menurun dari 907 ribu ton menjadi 898 ribu ton.
Yang paling mencolok adalah kenaikan tajam dalam ekspor. Total ekspor melonjak dari 1,964 juta ton pada Mei menjadi 3,385 juta ton pada Juni 2024. Peningkatan terbesar terjadi pada produk olahan CPO, yang naik signifikan sebesar 872 ribu ton dari 1,365 juta ton pada Mei menjadi 2,237 juta ton pada Juni. Ekspor CPO juga meningkat, dengan kenaikan sebesar 578 ribu ton menjadi 651 ribu ton.
Lonjakan volume ekspor ini diiringi dengan kenaikan harga, dari US$981 per ton di bulan Mei menjadi US$1.011 per ton pada Juni, yang meningkatkan nilai ekspor dari US$1,728 miliar pada Mei menjadi US$2,798 miliar pada Juni.
BACA JUGA: Produksi Minyak Sawit Indonesia Diprediksi Turun, Ini Musababnya
Secara geografis, India menjadi tujuan ekspor terbesar dengan kenaikan 599 ribu ton, sehingga total ekspor ke negara tersebut mencapai 783 ribu ton. China mengikuti dengan kenaikan 322 ribu ton menjadi 712 ribu ton, disusul Pakistan yang naik 156 ribu ton menjadi 286 ribu ton, dan Mesir yang naik 100 ribu ton menjadi 122 ribu ton. Sebaliknya, ekspor ke Uni Eropa (EU) dan Bangladesh justru mengalami penurunan masing-masing sebesar 41 ribu ton dan 14 ribu ton.
Akibat dari kombinasi penurunan produksi, konsumsi yang stabil, dan lonjakan ekspor, stok akhir CPO pada Juni 2024 turun menjadi 2,818 juta ton, atau 1,276 juta ton lebih rendah dibandingkan stok akhir Mei. (T2)