InfoSAWIT, JAKARTA – Produksi minyak sawit di Indonesia, negara penghasil terbesar di dunia, diperkirakan akan mengalami penurunan tahun ini akibat cuaca kering dan usia pohon yang menua. Penurunan ini diprediksi akan memperketat pasokan global dan mempertahankan harga minyak sawit pada level yang tinggi.
Menurut perkiraan dari Asosiasi Minyak Sawit Indonesia (Gapki) dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), produksi minyak sawit tahun ini diproyeksikan stagnan atau turun hingga 5% dibandingkan dengan tahun 2023. Sebelumnya, kedua kelompok industri ini memperkirakan peningkatan produksi pada awal tahun.
Merujuk data dari pemerintah Amerika Serikat menunjukkan bahwa cadangan minyak sawit global diperkirakan akan mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir. Malaysia, sebagai produsen terbesar kedua di dunia, juga menghadapi masalah pasokan akibat usia pohon yang tua dan kekurangan tenaga kerja.
BACA JUGA: Harga CPO Bakal Hadapi Tekanan Pasar dan Risiko Cuaca, BMI Revisi Proyeksi Harga CPO 2024
Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 54,84 juta ton minyak sawit, setelah mengalami penurunan output selama tiga tahun sebelumnya. Namun, Gapki memperkirakan produksi tahun ini akan berada di kisaran 52 hingga 53 juta ton.
Menurut Sekretaris Jenderal Gapki, M. Hadi Sugeng, sekitar sepertiga dari wilayah utama penghasil sawit di Indonesia, termasuk Sumatra dan sebagian Kalimantan, mengalami curah hujan yang lebih rendah dari biasanya pada bulan Juli. Tren ini diperkirakan akan berlanjut pada bulan Agustus.
Gapki memprediksi produksi akan stagnan hingga turun 5% tahun ini, berlawanan dengan proyeksi peningkatan 5% pada bulan Februari lalu. Layanan Pertanian Asing Amerika Serikat (US Foreign Agricultural Service) melaporkan bahwa produksi minyak sawit Indonesia dari Januari hingga Juni menurun sebesar 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kekeringan menyebabkan pohon sawit menghasilkan lebih banyak bunga jantan dan menurunkan volume tandan buah segar.
BACA JUGA: Berikut Proyeksi Harga CPO di 2024, Masih terus Menguatkah?
Selain itu, perkebunan yang menua menjadi masalah yang terus berlanjut bagi industri. Banyak perkebunan milik petani kecil di Indonesia yang usianya lebih dari 25 tahun dan membutuhkan peremajaan untuk meningkatkan produksi. Produksi tandan buah segar telah turun menjadi sekitar 700 kilogram per hektar di beberapa perkebunan, dari sebelumnya 830 kilogram, kata Ketua DMSI, Sahat Sinaga. DMSI memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia tahun ini akan turun sekitar 3%, dibandingkan dengan perkiraan peningkatan pada bulan Januari. (T2)