InfoSAWIT, BUENOS AIRES – Penurunan debit air Sungai Parana di wilayah hulu Argentina akibat kekeringan telah menghambat transportasi dan mendorong kenaikan harga minyak kedelai serta biodiesel di Brasil. Kondisi ini mengganggu rantai pasok minyak nabati di kawasan tersebut, dengan dampak signifikan pada perdagangan internasional.
Pada 20 September, kedalaman Sungai Parana di Kota San Lorenzo, Argentina, yang merupakan pusat utama pengiriman minyak kedelai, turun menjadi 9,44 meter, level terendah sejak Januari 2023, menurut data dari agensi maritim T&T dan Antares. Penurunan ini memaksa para pedagang minyak kedelai mengurangi jumlah muatan pada kapal tanker yang berhenti di pelabuhan Argentina hingga 5-12,5%, menurut sumber pasar di Argentina.
Sebagai gambaran, pengurangan kapasitas sebesar 12,5% pada kapal tanker standar berarti kapal tersebut hanya dapat memuat 28.000 metrik ton (t) minyak kedelai, turun dari kapasitas biasanya sebesar 32.000 t. Kondisi ini menyebabkan kekurangan pasokan di pasar Brasil, di mana perusahaan perdagangan harus mencari tambahan volume di pelabuhan Brasil untuk melengkapi pengiriman ekspor.
BACA JUGA: Pemprov Kalteng Turut Serta Bimtek Optimalisasi Penggunaan Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit
Dilansir InfoSAWIT dari Reuters pada Minggu, (29/9/2024), perubahan selisih harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) terpantau di pelabuhan Paranagua, Brasil. Premi untuk penjualan minyak kedelai untuk pengiriman Oktober melonjak menjadi 8 sen/pound dibandingkan kontrak berjangka CBOT. Sebelumnya, pada awal minggu, tawaran berada di sekitar 1,8 sen/pound.
Pada 25 September, negosiasi harga berkisar antara premi 2,5-5,5 sen/pound dibandingkan kontrak berjangka minyak kedelai untuk Oktober, yang setara dengan harga antara $1.034-$1.100 per ton fob Paranagua. Sebagai perbandingan, minggu lalu indikator fob Paranagua yang diterbitkan oleh Argus ditutup pada kisaran $934-$1.009 per ton.
Permintaan minyak kedelai di pasar domestik Brasil meningkat, didorong oleh kenaikan mandat pencampuran biodiesel dari 12% menjadi 14% pada Maret 2024. Peningkatan permintaan domestik ini mengurangi daya saing ekspor Brasil dan menyebabkan penurunan pengiriman minyak kedelai ke pelabuhan.
BACA JUGa: Malaysia Percepat Upaya Bantu Pekebun Sawit Kecil Patuhi Regulasi Uni Eropa
Asosiasi industri minyak nabati Brasil, Abiove, memperkirakan bahwa ekspor minyak kedelai tahun 2024 akan mencapai total 1,15 juta ton, hampir setengah dari volume yang dikirim pada tahun 2023. (T2)